Selasa, 28 Januari 2014

tradisi tepuk tepung tawar



Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Studi atas Kebudayaan Melayu Riau

Oleh: Sri Wahyuningsih
NIM: 12020046
Program Studi: Akhlak dan Tasawuf
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Pendahuluan
            Dalam memperbincangkan Kebudayaan islam di Indonesia, tidak pernh lepas dari sejarah masuknya Islam di Indonesia. proses ini merupakan harga mati dalam sejarah Islamisasi di Indonesia. menurut sumber yang penulis ketahui, pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 Masehi). Daerah pertama kali di singgahinya  adalah daerah pesisir pantai Timur Sumatra (Samsul Munir, 2010: 302-303), dan sepanjang selat Malaka. Kepulauan Riau dan Riau Daratan (baca Riau) adalah bagian dari wilayah Sumatera.
Riau merupakan daerah pesisir, yang masyarakatnya adalah suku Melayu yang berasal dari semenanjung Melayu. Secara geografis provinsi Kepulauan Riau dan provinsi Riau Daratan (Riau)[1] berbatasan dengan daerah tetangga, yaitu Malaisia, Singapura, dan Vietnam, yang memiliki luas wilayah ± 251.810,71 km². Dengan Ibukota Tanjung Pinang untuk bagian Riau Kepulaun dan Pekan Baru untuk Ibukota Riau.
Masyarakat Riau sendiri mayoritas masyarakatnya adalah melayu, sekaligus memiliki nilai budaya melayu. Dalam sejarah terungkap bahwa pada zaman lampau orang melayu adalah bangsa “penakluk” dan berhasil “memerintah” suku-suku lainnya di Nusantara. Orang melayu dulunya adalah pedagang perantara yang lihai sekaligus membawa Islam dan budaya melayu ke segenap pelosok Nusantara dan Asia Tenggara.
Sehubungan dengan mata kuliah Islam dan Budaya Lokal, disini penulis akan sedikit menguraikan mengenai Kebudayaan Melayu Riau. Disini penulis akan membahas kebudayaan masayarakat Riau, yang umumnya dilakukan masyarakat Melayu yaitu tepuk tepung tawar. Tradisi ini dilakukan   oleh masyarakat Melayu umumnya dan khususnya di daeran Meranti. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa srukur masyarakat Melayu, setelah mereka merasakan nikmat dari Allah swt entah itu nikmat sehat, nikmat riski dan nilmat-nikmat lainya. Nah akan lebih  jelasnya disini penulis akan memperkenalkan tradisi ini dalam pembahasan.

Pembahasan  
Melihat dari proses masuknya Islam di Indonesia, begitu pula masyarakat Melayu di wilayah Riau. masyarakat di wilayah ini sebagian besar beragama Islam. Karena di wilayah ini termasuk  Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini memiliki serta menggunakan bahasa, adat, dan kebudayaan Melayu, serta sangat menjunjung tinggi adat istiadat tersebut.
Riau memang kaya dengan adat dan tradisi,salah satunya ‘tepuk tepung tawar’.tepuk tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu Riau peninggalan para raj raja terdahulu.
Tepuk tawar merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya suatu keinginan atau usaha, upacara ini dilakukan pada dua ketentuan,baik pada manusia maupun pada benda. Tepuk tawar biasa di pergunakan dalam acara acara tertentu semisal pernikahan,menempati rumah baru, mengendarai kendaran baru, khitanan, serta bentuk bentuk  dari luapan rasa kegembiraan bagi orang orang yang mempunyai hajatan, atau semacam upacara adat yang sakral lainnya.
            Salah satu suku melayu yang melestarikan tradisi Tradisi Tepuk Tepung Tawar adalah daerah yang mendiami Selat Panjang, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau. Upacara Tepuk Tepung Tawar sebagaimana yang dikenal pada masyarakat Indonesia dan Malaysia sebenarnya diadopsi dari ritual agama Hindu yang sudah terlebih dahulu dianut oleh masyarakatnya.
            Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melihat makna ritual tepuk tepung tawar bagi masyarakat Suku Melayu Selat Panjang sehingga mereka masih sangat kuat memegang dan mempertahankan tradisi ini. Bahkan ada ungkapan “kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa melayu: ketik tepung tawo) belum sah (afdhal) acara yang dilaksanakan”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi tepuk tepung tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Selat Panjang juga mengalami perubahan pada sebagian ritualnya. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan.
            Perubahan makna yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu Riau sebenarnya berkaitan juga dengan perubahan dari individu pendukung adat dan budaya itu sendiri.Tepuk Tepung Tawar bagi masyarakat Melayu Riau merupakan simbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya dan menjunjung tinggi keberadaan Tepuk Tepung Tawar tersebut. Dengan demikian juga akan melanggengkan keberadaan Tepuk Tepung Tawar dalam kehidupan masyarakat.Namun kenyataannya banyak dari acara Tepuk Tepung Tawar yang berubah dalam pelaksanaannya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan makna.
            Terjadinya perubahan makna dalam pelaksaan ritual Tepuk Tepung Tawar ini merupakan ide dasar utuk mempermasalahkan bagaimana masyarakat Melayu Riau memaknai Tepuk Tepung Tawar yang sesungguhnya, dan perubahan apa yang terjadi yang menyebabkan perubahan makna ritual Tepuk Tepung Tawar saat ini.
            Perubahan makna tepuk tepung tawar tidaklah terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut masyarakatnya dan dengan demikian juga akan tercermin dari kebudayaan secara umum. Akan tetapi dalam perjalanan waktu dan pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam konsep pikir dan pengetahuan masyarakatnya, maka kebudayaan kemudian mengalami perubahan.
 Jika benda budaya adalah hasil sebuah konsep pemikiran pepenganut kebudayaan tersebut yang ternyata kemudian berubah karena berbagai sebab, maka dapatlah disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan sosial budaya. Hal ini dapat diterima karena kebudayaan tidaklah selalu statis atau tetap tapi akan selalu berubah. Sorokin (Kuntjaraningrat, 1985:55) menyatakan bahwa perubahan adalah gejala alamiah dan gerak perubahan itu sendiri mengarah kepada gejala yang menyerupai lingkaran atau siklus yang selalu mengiringi perjalanan sejarah umat manusia. Kleden (Kuntjaraningrat, 1985:12) menyebutkan bahwa kebudayaan selalu berproses untuk menerima perubahan dan mengembangkan identitasnya, yang lebih jauh dijelaskan bahwa perubahan dapat dilihat dari sistim pengetahuan dan sistim makna ( system of meaning ) yang memberi warna kepada perubahan kebudayaan dalam bentuk penerimaan pengetahuan dan kerangka makna yang baru.

Makna simbolis dalam rituL Tepuk Tepung Tawar
            Makna yang melibatkan simbol dan rujukan disebut makna referensial. Spradley (1997:123-125) menjelaskan teori relasional tentang makna berdasarkan pada premise; bahwa makna simbol apapun merupakan hubungan simbol itu dengan simbol lain. Dasar teori relasional tentang makna, antara lain: Pertama,  sistem makna budaya disandikan dengan simbol-simbol; kedua, bahasa merupakan sistem simbol utama yang menjadikan makna budaya dalam setiap masyarakat, bahasa dapat digunakan untuk membicarakan semua simbol; ketiga, makna simbol-simbol apapun merupakan hubungan dari simbol itu dengan simbol lain dalam suatu budaya tertentu. Ritual merupakan salah satu praktek sosial yang menjelaskan kebermaknaan suatu komunitas pendukungnya. Sebuah ritual sekurangnya memiliki tiga unsur, yaitu unsur cerita mitologi, praktek ritual dan komunikasi para pendukungnya.

Pengertian Tepuk Tepung Tawar
Secara harfiah, tepuk tepung tawar berarti menepuk-nepukkan bedak pada  punggung dan telapak  tangan dan merenjis-renjiskan air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawari, dan dilengkapi dengan menabur-naburkan bunga rampai, beras putih, dan beras kuning ke badan orang yang bersangkutan, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama. Masyarakat melayu menganggap acara tepuk tepung tawar adalah serentetan upacara yang tidak boleh ditinggalkan.

Alat dan Tata Cara Tepuk Tepung Tawar
  Masing-masing alat atau peralatan yang digunakan adalah Ramuan  penepuk, perenjis dan pebabur Tata cara melakukan tepuk tepung tawar sebagai berikut: pertama, Mengambil daun perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam air yang dicampur bedak, jeruk, bunga mawar, lalu direnjis pada kedua tangan yang telungkup diatas paha yg dialas bantal tepung tawar yang dialas dengan kain putih. Kedua, Penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, basuh, bertih dan bunga rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung tawari. Bila yang ditepung tawari orang yang terhormat dapat ditabur sampai atas kepala dengan putaran dari kiri kekanan sambil membaca salawat. Ketiga,   Merenjiskan air percung kepada pengantin atau yang ditepung tawari. Keempat, Penepuk tepung tawar mengangkat tangan atur menyembah dengan  mengangkat tangan.

Perubahan sosial budaya
     Ritual tepuk tepung tawar menjadi kebanggaan masyarakat Melayu, sehingga mereka selalu mengikut sertakan diseluruh acara yang mereka lakukan, jika mereka melakukan ritual tepuk tepung tawar mereka akan dipandang sebagai keluarga yang mematuhi adat,mereka melakukan dengan penuh kesadaran bahwa jika melakukan ritual tepuk tepung tawar, mereka sudah melaksanakan apa yang telah diwariskan oleh kakek nenek mereka, sehingga  mereka telah ikut serta ikut melestrikan budayanya.
Perubahan Pandangan Masyarakat
Saat ini, masyarakat Melayu Selatpanjang sudah lebih modern selaras dengan perkembangan zaman saat ini. Mereka sudah bisa menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsekuensinya, mereka mulai merubah pandangan mereka terhadap adat istiadat dan kebiasaan yang selama ini mereka anut. Salah satunya adalah pandangan  terhadap pelaksanaan ritual tepung tepung tawar. Mereka tidak lagi memandang tepuk tepung tawar sebagai sesuatu yang sacral, akan tetapi sebagai suatu adat istiadat, boleh juga tidak melakukannya. tidak ada sanksi hukum bagi yang tidakidak melaksanakannya.

Penutup
            Tepuk tepung tawar dalam masyarakat Melayu Selat Panjang mempunyai arti yang begitu bermakna, karena setiap pelaksanakan acara yang dilakukan selalu diiringi dengan acara tepuk tepung tawar seperti pada upacara  perkawinan, khitanan, pemberian nama bayi yang baru lahir, menaiki rumah baru, menaiki kendaraan baru, nempah bidan (menujuh bulan), naik haji bahkan menyambut tamu pun diadakan  tepuk tepung tawar, sehingga makna tepuk tepung tawar yang sesungguhnya adalah rasa terima kasih dan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu, tepuk tepung tawar juga bermakna memohon doa restu dari hadirin serta bermakna  menghindarkan diri dan keluarga dari bala dan marabahaya, menghadirkan kegembiraan atau kesenangan, serta membuang penyakit.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan makna dalam pelaksanaan ritual tepung tepung tawar. Tepuk tepung tawar yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Selat Panjang tidak lagi sesakral pelaksanaan dahulu kala. Walaupun tepuk tepung tawar masih dilaksanakan, akan tetapi kesakralannya sudah tidak begitu “mengikat”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, ada beberapa alat yang jika tidak tersedia dapat diganti dengan alat lainnya.







Alat dan bahan bahan perinis tepuk tepung Tawar
Perinjis
perenjis untuk menepuk yang terdiri dari daun setawar, daun sedingin, daun ganda rasa, daun hati-hati, daun sipulih, daun samban, daun juang, dan akar ribu-ribu. Semua daun-daun tersebut disusun dengan rapi dan diikat dengan salah satu daun.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\TepukTT.JPG

Pahar atau talam yang berkaki kecil.
Alat ini di gunakan untuk meletakkan bahan- bahan perinjis.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\7-NmYBm6m31IrgodWqGX_-v7aE-XYJdWZf1lGqM9-Kt-J0D0S6KLLmzdc9i9.jpg
Sangku yaitu mangkuk tembaga yang kecil untuk tempat beras kunyit.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\WHoMlmOkuKJo49yKb9LWPNDjngGwrU0GVUDI_nb68vSONYKyXYdDa3UyzGMN.jpg



Tidak ada komentar:

Posting Komentar