Tradisi Tepuk Tepung
Tawar
Studi atas Kebudayaan
Melayu Riau
Oleh: Sri
Wahyuningsih
NIM: 12020046
Program Studi: Akhlak
dan Tasawuf
Sekolah Tinggi Agama
Islam Sunan Pandanaran
Pendahuluan
Dalam memperbincangkan
Kebudayaan islam di Indonesia, tidak pernh lepas dari sejarah masuknya Islam di
Indonesia. proses ini merupakan harga mati dalam sejarah Islamisasi di
Indonesia. menurut sumber yang penulis ketahui, pertama kali Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 Masehi). Daerah pertama kali di
singgahinya adalah daerah pesisir pantai
Timur Sumatra (Samsul Munir, 2010: 302-303), dan sepanjang selat Malaka.
Kepulauan Riau dan Riau Daratan (baca Riau) adalah bagian dari wilayah Sumatera.
Riau merupakan daerah pesisir, yang masyarakatnya adalah suku Melayu yang
berasal dari semenanjung Melayu. Secara geografis provinsi Kepulauan Riau dan
provinsi Riau Daratan (Riau)[1]
berbatasan dengan daerah tetangga, yaitu Malaisia, Singapura, dan Vietnam, yang
memiliki luas wilayah ± 251.810,71 km². Dengan Ibukota Tanjung Pinang untuk
bagian Riau Kepulaun dan Pekan Baru untuk Ibukota Riau.
Masyarakat Riau sendiri mayoritas masyarakatnya adalah melayu, sekaligus
memiliki nilai budaya melayu. Dalam sejarah terungkap bahwa pada zaman lampau
orang melayu adalah bangsa “penakluk” dan berhasil “memerintah” suku-suku
lainnya di Nusantara. Orang melayu dulunya adalah pedagang perantara yang lihai
sekaligus membawa Islam dan budaya melayu ke segenap pelosok Nusantara dan Asia
Tenggara.
Sehubungan dengan mata kuliah Islam dan Budaya Lokal, disini penulis akan
sedikit menguraikan mengenai Kebudayaan Melayu Riau. Disini penulis akan
membahas kebudayaan masayarakat Riau, yang umumnya dilakukan masyarakat Melayu
yaitu tepuk tepung tawar. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Melayu umumnya dan khususnya
di daeran Meranti. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa srukur masyarakat
Melayu, setelah mereka merasakan nikmat dari Allah swt entah itu nikmat sehat,
nikmat riski dan nilmat-nikmat lainya. Nah akan lebih jelasnya disini penulis akan memperkenalkan
tradisi ini dalam pembahasan.
Pembahasan
Melihat dari proses masuknya Islam di Indonesia, begitu pula masyarakat
Melayu di wilayah Riau. masyarakat di wilayah ini sebagian besar beragama
Islam. Karena di wilayah ini termasuk Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini memiliki
serta menggunakan bahasa, adat, dan kebudayaan Melayu, serta sangat menjunjung
tinggi adat istiadat tersebut.
Riau memang kaya dengan adat dan tradisi,salah satunya
‘tepuk tepung tawar’.tepuk tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu Riau peninggalan
para raj raja terdahulu.
Tepuk
tawar merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya
suatu keinginan atau usaha, upacara ini
dilakukan pada dua ketentuan,baik pada manusia maupun pada benda. Tepuk tawar biasa di pergunakan dalam
acara acara tertentu semisal pernikahan,menempati rumah baru, mengendarai
kendaran baru, khitanan, serta bentuk bentuk dari luapan rasa kegembiraan
bagi orang orang yang mempunyai hajatan, atau semacam upacara adat yang sakral
lainnya.
Salah satu suku melayu yang melestarikan tradisi Tradisi Tepuk Tepung Tawar adalah daerah yang mendiami Selat Panjang, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau. Upacara Tepuk Tepung Tawar sebagaimana yang dikenal pada
masyarakat Indonesia dan Malaysia sebenarnya diadopsi dari ritual agama Hindu
yang sudah terlebih dahulu dianut oleh masyarakatnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melihat makna ritual tepuk tepung
tawar bagi masyarakat Suku Melayu Selat Panjang sehingga mereka masih sangat
kuat memegang dan mempertahankan tradisi ini. Bahkan ada ungkapan “kalau buat
keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam
bahasa melayu: ketik tepung tawo)
belum sah (afdhal) acara yang dilaksanakan”. Selain itu, seiring dengan
perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi tepuk tepung tawar yang dilakukan oleh
masyarakat Melayu Selat Panjang juga mengalami perubahan pada sebagian
ritualnya. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan.
Perubahan makna yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi
masyarakat Melayu Riau sebenarnya berkaitan juga dengan perubahan dari individu
pendukung adat dan budaya itu sendiri.Tepuk Tepung Tawar bagi masyarakat Melayu
Riau merupakan simbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur
pendukung budaya itu selalu berupaya dan menjunjung tinggi keberadaan Tepuk
Tepung Tawar tersebut. Dengan demikian juga akan melanggengkan keberadaan Tepuk
Tepung Tawar dalam kehidupan masyarakat.Namun kenyataannya banyak dari acara
Tepuk Tepung Tawar yang berubah dalam pelaksanaannya sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan makna.
Terjadinya perubahan makna dalam pelaksaan ritual Tepuk Tepung Tawar ini
merupakan ide dasar utuk mempermasalahkan bagaimana masyarakat Melayu Riau
memaknai Tepuk Tepung Tawar yang sesungguhnya, dan perubahan apa yang terjadi
yang menyebabkan perubahan makna ritual Tepuk Tepung Tawar saat ini.
Perubahan makna tepuk tepung tawar tidaklah terlepas dari nilai-nilai
budaya yang dianut masyarakatnya dan dengan demikian juga akan tercermin dari
kebudayaan secara umum. Akan tetapi dalam perjalanan waktu dan pengaruh yang datang dari luar atau
dari dalam konsep pikir dan pengetahuan masyarakatnya, maka kebudayaan kemudian
mengalami perubahan.
Jika benda budaya adalah hasil
sebuah konsep pemikiran pepenganut kebudayaan tersebut yang ternyata kemudian
berubah karena berbagai sebab, maka dapatlah disimpulkan bahwa telah terjadi
perubahan sosial budaya. Hal ini dapat diterima karena kebudayaan tidaklah
selalu statis atau tetap tapi akan selalu berubah. Sorokin (Kuntjaraningrat,
1985:55) menyatakan bahwa perubahan adalah gejala alamiah dan gerak perubahan
itu sendiri mengarah kepada gejala yang menyerupai lingkaran atau siklus yang selalu
mengiringi perjalanan sejarah umat manusia. Kleden (Kuntjaraningrat, 1985:12) menyebutkan
bahwa kebudayaan selalu berproses untuk menerima perubahan dan mengembangkan
identitasnya, yang lebih jauh dijelaskan bahwa perubahan dapat dilihat dari
sistim pengetahuan dan sistim makna ( system
of meaning ) yang memberi warna kepada perubahan kebudayaan dalam bentuk
penerimaan pengetahuan dan kerangka makna yang baru.
Makna simbolis dalam rituL Tepuk Tepung Tawar
Makna yang melibatkan simbol dan rujukan disebut makna referensial.
Spradley (1997:123-125) menjelaskan teori relasional tentang makna berdasarkan
pada premise; bahwa makna simbol apapun merupakan hubungan simbol itu dengan
simbol lain. Dasar teori relasional tentang makna, antara lain: Pertama, sistem makna budaya disandikan dengan
simbol-simbol; kedua, bahasa merupakan sistem simbol utama yang menjadikan makna budaya dalam
setiap masyarakat, bahasa dapat digunakan untuk membicarakan semua simbol; ketiga, makna simbol-simbol apapun merupakan
hubungan dari simbol itu dengan simbol lain dalam suatu budaya tertentu. Ritual merupakan salah satu praktek sosial yang
menjelaskan kebermaknaan suatu komunitas pendukungnya. Sebuah ritual
sekurangnya memiliki tiga unsur, yaitu unsur cerita mitologi, praktek ritual
dan komunikasi para pendukungnya.
Pengertian
Tepuk Tepung Tawar
Secara harfiah, tepuk tepung tawar
berarti menepuk-nepukkan bedak pada
punggung dan telapak tangan dan
merenjis-renjiskan air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawari, dan
dilengkapi dengan menabur-naburkan bunga rampai, beras putih, dan beras kuning
ke badan orang yang bersangkutan, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama.
Masyarakat melayu menganggap acara tepuk tepung tawar adalah serentetan upacara
yang tidak boleh ditinggalkan.
Alat dan Tata Cara Tepuk Tepung
Tawar
Masing-masing alat
atau peralatan yang digunakan adalah Ramuan
penepuk, perenjis dan pebabur Tata cara melakukan tepuk tepung tawar
sebagai berikut: pertama, Mengambil daun
perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam air yang dicampur
bedak, jeruk, bunga mawar, lalu direnjis pada kedua tangan yang telungkup
diatas paha yg dialas bantal tepung tawar yang dialas dengan kain putih. Kedua, Penepuk tepung tawar mengambil beras
kunyit, basuh, bertih dan bunga rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung
tawari. Bila yang ditepung tawari orang yang terhormat dapat ditabur sampai
atas kepala dengan putaran dari kiri kekanan sambil membaca salawat. Ketiga, Merenjiskan air percung kepada
pengantin atau yang ditepung tawari. Keempat,
Penepuk tepung tawar mengangkat tangan atur menyembah dengan mengangkat tangan.
Perubahan sosial budaya
Ritual tepuk tepung tawar menjadi kebanggaan masyarakat Melayu, sehingga
mereka selalu mengikut sertakan diseluruh acara yang mereka lakukan, jika
mereka melakukan ritual tepuk tepung tawar mereka akan dipandang sebagai
keluarga yang mematuhi adat,mereka melakukan dengan penuh kesadaran bahwa jika
melakukan ritual tepuk tepung tawar, mereka sudah melaksanakan apa yang telah
diwariskan oleh kakek nenek mereka, sehingga
mereka telah ikut serta ikut melestrikan budayanya.
Perubahan
Pandangan Masyarakat
Saat ini, masyarakat Melayu Selatpanjang sudah lebih modern
selaras dengan perkembangan zaman saat ini. Mereka sudah bisa menerima kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsekuensinya, mereka mulai merubah pandangan
mereka terhadap adat istiadat dan kebiasaan yang selama ini mereka anut. Salah
satunya adalah pandangan terhadap
pelaksanaan ritual tepung tepung tawar. Mereka tidak lagi memandang tepuk
tepung tawar sebagai sesuatu yang sacral, akan tetapi sebagai suatu adat
istiadat, boleh juga tidak melakukannya. tidak ada sanksi hukum bagi yang
tidakidak melaksanakannya.
Penutup
Tepuk tepung tawar dalam masyarakat Melayu Selat Panjang mempunyai arti yang
begitu bermakna, karena setiap pelaksanakan acara yang dilakukan selalu
diiringi dengan acara tepuk tepung tawar seperti pada upacara perkawinan, khitanan, pemberian nama bayi
yang baru lahir, menaiki rumah baru, menaiki kendaraan baru, nempah bidan
(menujuh bulan), naik haji bahkan menyambut tamu pun diadakan tepuk tepung tawar, sehingga makna tepuk tepung
tawar yang sesungguhnya adalah rasa terima kasih dan syukur kepada Yang Maha
Kuasa. Selain
itu, tepuk tepung tawar juga bermakna memohon doa restu dari hadirin serta
bermakna menghindarkan diri dan keluarga
dari bala dan marabahaya, menghadirkan kegembiraan atau kesenangan, serta
membuang penyakit.
Seiring
dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan makna dalam pelaksanaan ritual
tepung tepung tawar. Tepuk tepung tawar yang dilaksanakan oleh masyarakat
Melayu Selat Panjang tidak lagi sesakral pelaksanaan dahulu kala. Walaupun
tepuk tepung tawar masih dilaksanakan, akan tetapi kesakralannya sudah tidak
begitu “mengikat”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, ada beberapa
alat yang jika tidak tersedia dapat diganti dengan alat lainnya.
Alat dan bahan bahan perinis tepuk tepung Tawar
Perinjis
perenjis untuk
menepuk yang terdiri dari daun setawar, daun sedingin, daun ganda rasa, daun
hati-hati, daun sipulih, daun samban, daun juang, dan akar ribu-ribu. Semua
daun-daun tersebut disusun dengan rapi dan diikat dengan salah satu daun.

Pahar atau talam
yang berkaki kecil.
Alat ini di gunakan untuk meletakkan bahan- bahan perinjis.

Sangku yaitu
mangkuk tembaga yang kecil untuk tempat beras kunyit.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar