Tradisi Sedekah Bumi di Daerah Purwodadi
Oleh:
Laelatul Mujtahidah
12020019
Program Studi Akhlak Tasawuf
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran
Pembahasan
Upacara Sedekah bumi merupakan sebuah ritual
yang biasanya di lakukan oleh masyarakat jawa, sedekah bumi berarti menyedekahi
bumi atau niat bersedekah untuk kesejahteraan bumi. Bersedekah adalah hal yang
sangat di anjurkan, selain sebagai bentuk dari ucapan syukur atas segala nikmat
yang telah di berikan Allah, bersedekah juga dapat menjauhkan diri dari sifat
kikir dan dapat pula menjauhkan diri dari musibah. Melihat dari semua itu, sungguh sangat perlu untuk melaksanakan ritual
sedekah bumi. Bumi yang hakikatnya sebagai tempat hidup dan bertahan hidup bagi
semua makhluk yang ada didalamnya, sudah selayaknya kita sebagai manusia yang
sejatinya adalah khalifah atau pemimpin di muka bumi ikut menjaga dan
mendo’akan agar keselamatan dan kesejahteraannya terjaga. Bila bumi sejahtera,
tanah subur, tentram, tidak ada musibah, maka kehidupan di bumi pun akan
terjaga dan manusia pun pada akhirnya yang memetik dan menikmati kesejahteraan
itu.
Masyarakat Desa Purwodadi sebagian besar masih
peduli pada pelaksanaan upacara-upacara adat, mereka masih meyakini akan
manfaat dari pelaksanaan upacara adat yang sudah terselenggara sejak zaman
dahulu, sehingga mereka masih melestarikan upacara-upacara adat. Salah satu upacara adat yang masih dilestarikan adalah upacara adat Sedekah
Bumi. Yang menarik untuk dikaji dari upacara adat Sedekah Bumi ini adalah
terjadinya akulturasi budaya antara Islam dan budaya Jawa setempat.
Upacara Sedekah
Bumi
Warga Desa Purwodadi, menggelar upacara Sedekah
Bumi, mereka beramai-ramai membuat saserahan serta tumpeng buah dan nasi sesuai
tradisi nenek moyang. Sekitar pukul 09.00 WIB
warga terlihat berduyun-duyun memenuhi jalan-jalan. Warga yang didominasi
para ibu-ibu ini membawa berbagai seserahan yang dibungkus kain. Isinya berupa
makanan siap santap, seperti nasi kuning, roti, bahkan pisang ataupun
buah-buahan untuk ditukar kepada seserahan warga lainnya.
“Sedekah bumi adalah sebuah upacara yang
dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, yang pelaksanaannya diikuti oleh seluruh
warga desa dan setiap masing-masing orang membawa “berkat” atau sebuah nasi
dengan lauk pauknya dari rumah. Kemudian warga berkumpul di “Balai desa”. Pada
zaman dahulu sebelum ada “Balai Desa” Upacara sedekah bumi dilaksanakan di
rumah kepala desa/Lurah, tetapi ketika sudah ada “Balai Desa” maka acara
dilaksanakan di “Balai desa”. “balai desa” adalah sebuah tempat yang
dipergunakan oleh perangkat desa untuk melayani administrasi warga dan
dipergunakan warga masyarakat untuk berkumpul ketika akan mengadakan musyawarah
desa. Tradisi sedekah bumi ini rajin digelar warga setiap setahun sekali yaitu
Sedekah bumi dilaksanakan pada bulan “Apit” atau Dzul Qa’dah yaitu menurut
penanggalan masehi jatuh pada bulan oktober sesudah tanggal 10, namun bisa
disesuaikan dengan waktu panen raya.
Pelaksanaan
Ritual Sedekah Bumi
Pada pelaksaan upacara tradisi sedekah bumi,
biasanya seluruh masyarakat sekitar membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu
di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat-tempat yang telah
disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual
sedekah bumi tersebut. Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng
tersebut ke balai desa atau tempat-tempat untuk di do’akan oleh ketua adat. usai
di do’akan oleh sesepuh atau ketua adat, kemudian kembali diserahkan kepada
masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di do’akan
oleh sesepuh kampung atau ketua adat setempat kemudian di makan secara
ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa pulang nasi tumpeng
tersebut untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing.
Menurut adat istiadat dalam tradisi budaya ini, di
antara makanan yang menjadi makanan pokok, yang harus ada dalam
tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang. Sedangkan
yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya bersifat tambahan
saja, tidak menjadi perioritas yang utama. Dan pada acara akhir, nantinya para
petani biasanya menyisakan nasi, kepala dan ceker ayam, ketiganya dibungkus dan
diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing.
Dalam puncak acara ritual sedekah bumi di akhiri
dengan melantunkan do’a bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin
oleh tetua adat. Do’a dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh tetua
adat atau sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa memimpin jalannya
ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan do’a pada ritual
tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara
lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipadukan dengan khazanah-khazanah doa
yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi
masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan
manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Manurut cerita dari para
nenek moyang orang jawa terdahulu, Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat
besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi
penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut
mereka sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa
khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang
dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi
manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah
seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan
masyarakat yang menempatinya.
Alat yang
Digunakan dalam Sedekah Bumi
Dalam pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi atau
masyarakat Purwodadi, juga menyebutnya dengan istilah Upacara Jembul Tulakan[1],
disuguhkan dua macam Jembul. Jembul yang besar di
depan atau sering disebut Jembul Lanang, sedangkan jembul kecil berada di
belakang disebut dengan jembul wadon. Khusus Jembul Lanang dihiasi dengan iratan
bambu tipis sedangkan Jembul Wadon tidak. Jembul Lanang didalamnya terdapat
bermacam-macam makanan kecil, seperti jadah (gemblong), tape ketan, apem dan
sebagainya, sedangkan Jembul Wadon berisi lauk-pauknya.
Upacara Jembul Tulakan ini dimulai dengan mencuci kaki
petinggi atau sekaran yang dikenal dengan istilah kembang setaman. Aktivitas
ini dilakukan oleh perangkat desa, sebagai perlambang kepada Ratu Kalinyamat.
Pada masa sekarang masyarakat lebih memaknai sebagai bentuk permohonan agar
tercipta kehidupan yang tentram, bersih dari malapetaka dan dari segala
kesulitan yang menimpa penduduk. Disamping itu sekaligus untuk mengingatkan
kepada petinggi agar selalu bersih dalam segala tindakan dan langkahnya, tidak
melanggar larangan-larangan agama, larangan pemerintah dan menerapkan asas
kejujuran dan keadilan dalam memimpin masyarakat desa Purwodadi. Setelah pencucian kaki petinggi maka dilakukan selamatan sebagai
lambang permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa tetap selamat sentosa
dan hasil bumi pada tahun mendatang melimpah ruah sehingga kehidupan penduduk
Mayong kidul menjadi sejahtera, cukup sandang, pangan dan papan.
Jumlah-jembul disesuaikan dengan jumlah pedukuhan yang
dipimpin oleh kepala-kepala dukuh atau dalam istilah sekarang adalah Kamituwo.
Antara lain, pertama, jembul Krajan yaitu jembul dari penduduk dukuh Krajan,
tempat kediman Ki demang sebagai pusat pemerintahan Kademangan. Jembul ini
mempunyai ciri khas berupa golek yang menggambarkan seorang tokoh bernama Sayid
Usman, seorang Nayoko Projo Ratu Kalinyamat. Kedua, Jembul Ngemplak merupakan
wujud dari penghargaan masyarakat.
Tujuan diadakan
Sedekah Bumi
Tujuan dari dilaksanakan upacara sedekah bumi
yaitu, supaya keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh
warga dan sekitarnya. Ada yang
berpendapat bahwa Menurut kepercayaan orang Jawa Sedekah bumi harus dilakukan
dengan tujuan untuk “menyelameti” atau “menyedekahi” sawah yang dimiliki, agar
hasil pertanian melimpah, maka bumi yang mereka tanami tersebut harus
diselameti agar tidak ada gangguan. “Karena, segala rezeki yang kita dapat itu
tidak hanya berasal dari kita sendiri, melainkan lewat campur tangan Tuhan,”.
Upacara
sedekah bumi menurut kepercayaan di Desa, wajib dilaksanaka Purwodadi setiap
tahun sekali. Biasanya dengan melaksanakan upacara sedekah Bumi
dipercaya akan mendatangkan kebaikan. Kami percaya bahwa bumi yang ditempati
akan aman dan tidak terjadi bencana, Apabila “diselameti”.
upacara sedekah bumi ini tidak bertolak
belakang dengan ajaran Agama Islam, yaitu sebagai bentuk syukur terhadap
anugerah yang telah Allah berikan. menurut kepercayaan kami “Upacara tersebut
dilaksanakan untuk mengucap rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang
telah diberikan kepada Kami setiap tahun. Karena mayoritas mata
pencaharian di desa kami adalah bertani. Disamping itu, Kita juga harus
bersahabat dengan Alam dan dari hasil Bumi itulah kita memperoleh rezeki. Ini
mengingatkan kami, bahwa bumi beserta alam seisinya adalah milik Allah SWT, dan
di bumi inilah Kami menjalani kehidupan.
[1] Jembul tulukan adalah wadah yang digunakan untuk mengisi makanan
ketika waktu acara sedekahan bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar