Kamis, 23 Januari 2014

tradisi sedekah bumi di daerah purwodadi



Tradisi Sedekah Bumi di Daerah Purwodadi
Oleh:
Laelatul Mujtahidah
12020019
Program Studi Akhlak Tasawuf
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Pembahasan
Upacara Sedekah bumi merupakan sebuah ritual yang biasanya di lakukan oleh masyarakat jawa, sedekah bumi berarti menyedekahi bumi atau niat bersedekah untuk kesejahteraan bumi. Bersedekah adalah hal yang sangat di anjurkan, selain sebagai bentuk dari ucapan syukur atas segala nikmat yang telah di berikan Allah, bersedekah juga dapat menjauhkan diri dari sifat kikir dan dapat pula menjauhkan diri dari musibah. Melihat dari semua itu, sungguh sangat perlu untuk melaksanakan ritual sedekah bumi. Bumi yang hakikatnya sebagai tempat hidup dan bertahan hidup bagi semua makhluk yang ada didalamnya, sudah selayaknya kita sebagai manusia yang sejatinya adalah khalifah atau pemimpin di muka bumi ikut menjaga dan mendo’akan agar keselamatan dan kesejahteraannya terjaga. Bila bumi sejahtera, tanah subur, tentram, tidak ada musibah, maka kehidupan di bumi pun akan terjaga dan manusia pun pada akhirnya yang memetik dan menikmati kesejahteraan itu.
Masyarakat Desa Purwodadi sebagian besar masih peduli pada pelaksanaan upacara-upacara adat, mereka masih meyakini akan manfaat dari pelaksanaan upacara adat yang sudah terselenggara sejak zaman dahulu, sehingga mereka masih melestarikan upacara-upacara adat. Salah satu upacara adat yang masih dilestarikan adalah upacara adat Sedekah Bumi. Yang menarik untuk dikaji dari upacara adat Sedekah Bumi ini adalah terjadinya akulturasi budaya antara Islam dan budaya Jawa setempat.

Upacara Sedekah Bumi
Warga Desa Purwodadi, menggelar upacara Sedekah Bumi, mereka beramai-ramai membuat saserahan serta tumpeng buah dan nasi sesuai tradisi nenek moyang. Sekitar pukul 09.00 WIB warga terlihat berduyun-duyun memenuhi jalan-jalan. Warga yang didominasi para ibu-ibu ini membawa berbagai seserahan yang dibungkus kain. Isinya berupa makanan siap santap, seperti nasi kuning, roti, bahkan pisang ataupun buah-buahan untuk ditukar kepada seserahan warga lainnya.
“Sedekah bumi adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, yang pelaksanaannya diikuti oleh seluruh warga desa dan setiap masing-masing orang membawa “berkat” atau sebuah nasi dengan lauk pauknya dari rumah. Kemudian warga berkumpul di “Balai desa”. Pada zaman dahulu sebelum ada “Balai Desa” Upacara sedekah bumi dilaksanakan di rumah kepala desa/Lurah, tetapi ketika sudah ada “Balai Desa” maka acara dilaksanakan di “Balai desa”. “balai desa” adalah sebuah tempat yang dipergunakan oleh perangkat desa untuk melayani administrasi warga dan dipergunakan warga masyarakat untuk berkumpul ketika akan mengadakan musyawarah desa. Tradisi sedekah bumi ini rajin digelar warga setiap setahun sekali yaitu Sedekah bumi dilaksanakan pada bulan “Apit” atau Dzul Qa’dah yaitu menurut penanggalan masehi jatuh pada bulan oktober sesudah tanggal 10, namun bisa disesuaikan dengan waktu panen raya.

Pelaksanaan Ritual Sedekah Bumi
Pada pelaksaan upacara tradisi sedekah bumi, biasanya seluruh masyarakat sekitar membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat-tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut. Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat-tempat untuk di do’akan oleh ketua adat. usai di do’akan oleh sesepuh atau ketua adat, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di do’akan oleh sesepuh kampung atau ketua adat setempat kemudian di makan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa pulang nasi tumpeng tersebut untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing.
Menurut adat istiadat dalam tradisi budaya ini, di antara makanan yang menjadi makanan pokok, yang harus ada dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. Dan pada acara akhir, nantinya para petani biasanya menyisakan nasi, kepala dan ceker ayam, ketiganya dibungkus dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing.
Dalam puncak acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan do’a bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh tetua adat. Do’a dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh tetua adat atau sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa memimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan do’a pada ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipadukan dengan khazanah-khazanah doa yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Manurut cerita dari para nenek moyang orang jawa terdahulu, Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.

Alat yang Digunakan dalam Sedekah Bumi  
Dalam pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi atau masyarakat Purwodadi, juga menyebutnya dengan istilah Upacara Jembul Tulakan[1], disuguhkan dua macam Jembul. Jembul yang besar di depan atau sering disebut Jembul Lanang, sedangkan jembul kecil berada di belakang disebut dengan jembul wadon. Khusus Jembul Lanang dihiasi dengan iratan bambu tipis sedangkan Jembul Wadon tidak. Jembul Lanang didalamnya terdapat bermacam-macam makanan kecil, seperti jadah (gemblong), tape ketan, apem dan sebagainya, sedangkan Jembul Wadon berisi lauk-pauknya.
Upacara Jembul Tulakan ini dimulai dengan mencuci kaki petinggi atau sekaran yang dikenal dengan istilah kembang setaman. Aktivitas ini dilakukan oleh perangkat desa, sebagai perlambang kepada Ratu Kalinyamat. Pada masa sekarang masyarakat lebih memaknai sebagai bentuk permohonan agar tercipta kehidupan yang tentram, bersih dari malapetaka dan dari segala kesulitan yang menimpa penduduk. Disamping itu sekaligus untuk mengingatkan kepada petinggi agar selalu bersih dalam segala tindakan dan langkahnya, tidak melanggar larangan-larangan agama, larangan pemerintah dan menerapkan asas kejujuran dan keadilan dalam memimpin masyarakat desa Purwodadi. Setelah pencucian kaki petinggi maka dilakukan selamatan sebagai lambang permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa tetap selamat sentosa dan hasil bumi pada tahun mendatang melimpah ruah sehingga kehidupan penduduk Mayong kidul menjadi sejahtera, cukup sandang, pangan dan papan.
Jumlah-jembul disesuaikan dengan jumlah pedukuhan yang dipimpin oleh kepala-kepala dukuh atau dalam istilah sekarang adalah Kamituwo. Antara lain, pertama, jembul Krajan yaitu jembul dari penduduk dukuh Krajan, tempat kediman Ki demang sebagai pusat pemerintahan Kademangan. Jembul ini mempunyai ciri khas berupa golek yang menggambarkan seorang tokoh bernama Sayid Usman, seorang Nayoko Projo Ratu Kalinyamat. Kedua, Jembul Ngemplak merupakan wujud dari penghargaan masyarakat.



Tujuan diadakan Sedekah Bumi
Tujuan dari dilaksanakan upacara sedekah bumi yaitu, supaya keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh warga  dan sekitarnya. Ada yang berpendapat bahwa Menurut kepercayaan orang Jawa Sedekah bumi harus dilakukan dengan tujuan untuk “menyelameti” atau “menyedekahi” sawah yang dimiliki, agar hasil pertanian melimpah, maka bumi yang mereka tanami tersebut harus diselameti agar tidak ada gangguan. “Karena, segala rezeki yang kita dapat itu tidak hanya berasal dari kita sendiri, melainkan lewat campur tangan Tuhan,”.
 Upacara sedekah bumi menurut kepercayaan di Desa, wajib dilaksanaka Purwodadi setiap tahun sekali. Biasanya dengan melaksanakan upacara sedekah Bumi dipercaya akan mendatangkan kebaikan. Kami percaya bahwa bumi yang ditempati akan aman dan tidak terjadi bencana, Apabila “diselameti”.
upacara sedekah bumi ini tidak bertolak belakang dengan ajaran Agama Islam, yaitu sebagai bentuk syukur terhadap anugerah yang telah Allah berikan. menurut kepercayaan kami “Upacara tersebut dilaksanakan untuk mengucap rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang telah diberikan kepada Kami setiap tahun. Karena mayoritas mata pencaharian di desa kami adalah bertani. Disamping itu, Kita juga harus bersahabat dengan Alam dan dari hasil Bumi itulah kita memperoleh rezeki. Ini mengingatkan kami, bahwa bumi beserta alam seisinya adalah milik Allah SWT, dan di bumi inilah Kami menjalani kehidupan.  


                                                                                         


[1] Jembul tulukan adalah wadah yang digunakan untuk mengisi makanan ketika waktu acara sedekahan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar