Kamis, 23 Januari 2014

Dayak Bakumpai dalam Tradisi Tuping bawayang/Mayang Digantung



Dayak Bakumpai dalam Tradisi Tuping bawayang/Mayang Digantung Orang Halus Diundang.
Oleh: Maksum Asrorudin
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran
Description: http://baritobasin.files.wordpress.com/2010/05/badewa02.jpg?w=300&h=199
Upacara Ritual Tuping Bawang atau Mayang Digantung Orang Halus Diundang

Pendahuluan
Sebelum datang agama Islam khususnya masyarakat Dayak Bakumpai belum mengenal adanya seluk beluk ajaran agama Islam, tapi mereka juga sudah mempercayai adanya kekuatan yang besar atau yang sering disebut kekuatan yang berbau mistik. Agama mereka sebelum datang Islam yaitu animisme atau kapitayan (mempercayai roh-roh halus atau mempercayai hal-hal yang gaib). Dari sini mereka melahirkan adat atau tradisi mereka yang sering dilakukan pada 10 tahun sekali. Ketika Islam melihat keadaan yang ada pada masyarakt Dayak Bakumpai yang belum tesentuh sama sekali sama oleh ajaran agama Islam, kemudian Islam mulai mentuh masyerakat Dayak Bakumpai. Melihat kenyataan-kenyataan itu masyarakat Dayak Bakumpai bahwa Islam datang dengan cara damai tanpa kekerasan militer atau dukungan pemerintah dan tidak merusak adad yang sudah ada pada adat mereka sehingga mereka memeluk agama Islam.
Tadak adanya penentuan awal kedatangan Islam kurang begitu signifikan lantaran orang-orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah. pertama tidak berlandaskan apa pun, selain tidak mempunyai rasa tangggung jawab untuk melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama-nama mereka hilang begitu saja tertelan sejarah. Penentuan awal datangnya Islam dapat dikategorikan ke dalam dua persepektif. Pertama, pandangan yang mengasumsikan awal datangnya Islam pada abad ke-7 H/13 M. Kedua, pandangan yang menganut abad pertama Hijriah. Beberapa tesis berikut menggambarkan perbedaan pandangan tersebut.
Islamisasi adalah suatu proses yang berlangsung terus hingga saat ini. Jangan dianggap bahwa begitu suatu daerah diketahui mempunyai seorang penguasa muslim maka proses islamisasi sudah selesai. Hal itu sangat mungkin, lebih melambangkan awal daripada akhir islamisasi di kalangan rakyat. Proses Islamisasi menjadi suatu proses yang sangat penting bagi sejarah Islam di Indonesia dan sangat menyulikan para sejarawan. Sedangakan para sajarawan sendiri tidak bisa menjelaskan pertanyaan kapan Islam datang.
Pada saat itulah Islam mulai kelihatan di masyarakat Dayak Bakumpai, yang pada akhirnya mereka menekuni ajaran-ajaran yang disamapaikan oleh para pendakwah pada saat itu, yang di dalam makalah ini akan dijelaskan pertama sebab masyarakat Dayak Bakumpai memeluk agama Islam, karakter masyarakat Dayak Bakumpai, tradisi sebelum datangnya Islam dan sesudah datangnya Islam yaitu tradisi tuping bawayang atau mayang digantung orang halus diundang.

Karakter Masyarakat Dayak Bakumpai
            Pada intinya masyrakat Dayak Bakumpai juga memiliki watak yang hampir sama dengan masyarakat Jawa atau dengan masyarakat lainnya. Pada dasarnya merke juga baik dalam semua segi yang mereka lakukan, baik dari segi pergaualan, segi keseharian mereka, dan masih banyak lainnya dan tidak kalah baiknya dengan masyarakat Jawa maupun yang lainnya.
            Mereka juga memili watak yang amat keras dan mengariakan, mereka gak akan menganggu satu sama yang lainnya kalau mereka tidak diganggu. Apabila meraka sudah merasa diganggu maka mereka membalasnya dengan segala cara, begitu juaga sebaliknya.
            Meraka juga mau diajak kerja sama dalam segala hal, baik dari segi pribadi maupun yang bergotong royong. Meraka bisa dikendalikan dengan berbagi macam cara, yaitu cara salah satunya diajak kerja sama. Misal, merka diajak bekerja sama untuk membikin rumah, menanam padi, dan hajatan sekaligus. Watak yang seperti ini tidak hanya dimiliki masyarakat Jawa maupun masyarakat lainnya, tetapi mereka juga memiliki watak yang sama. Yang pada intinya karakter masyarakat Dayak Bakumpai pada dasarnya sama hanya saja ada beberapa yang membedakan diri mereka yaitu yang sudah disebutkan diatas.

Sebab Masyarakat Dayak Bakumpai Memeluk Agama Islam
            Pada dasarnya ajaran-ajaran yang ada di dalam Islam hampir sama atau juga bisa disebut sama  dengan apa yang meraka amalkan dalam beribadah hanya ada beberapa yang tidak sama. Kesamaan yang ada didalamnya ialah tentang ajaran ketauhidan yang tinggi kepada yang Agun (Tunah). Ketauhidan masyakat Dayak Bakumpai yaitu terkenal dengan mististiknya sedangkan didalam Islam terkenal dengan tasawufnya. Pada intinya keduanya sama dalam segi intuisinya (kandungan), hanya saja dalam pelaksanaannya yang berbeda.
            Ada juga perbedaan tingkah laku keseharian mereka yang kadan belum bisa dipahami oleh para pendakwah ajaran agama Islam. Yaitu, yang diajdikan kiblat mereka ketika melakukan upacara adat mereka sering mengunakan benda-benda disekliling mereka, ketika didaerah tersebut terdapat pohon yang amat berar itulah kiblat mereka, ketiaka ada batu yang besar itulah kiblat mereka, dan lain sebagainya. Inilah yang menjadiakan semangat para pendakwah untuk melakukan dakwahnya didaerah tersebut.
            Pada dasarnya Islam itu sendiri adalah agama yang universal, sempurna, lentur, elastis dan selalu dapat menyesukai dengan situasi dan kondisi. Universal yakni risalah Islam ditunjukan untuk, semua umat, segenap ras dan bangsa serta untuk semua lapisan masyarakat (al-Islam salih li kuli zaman wa makan). Atau universalisme Islam merupakan suatu ajaran yang diterima oaleh seluruh umat Islam sebagai akidah. Sedangkan ajaran Islam mengenai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara akan terwujud secara subsantial, tampa menekan simbol ritual dan tekstual. Para pendakwah muali mengajarkan ajaran-ajaran agama Islam dengan memahami keadaan masyarakat setempat. Mereka tidak sekaigus satu kali mengajarkan tetapi melalu beberapa tahap, dari yang paling mudah dipahami hingga samapai kepada tingkat yang lebih tinggi.
Dengan seiring waktu berjalan para masyarakat Dayak Bakumpai mulai memeluk agama Islam, karena bagi mereka agma islam merupakan agam yang pernah mereka jumpai yang bisa mengerti keadaan setempat atau bisa mengajarkan agama tanpa satu kekerasan sedikitpun. Dari sisnilah mereka kagum dengan datangnya agama Islam yang bisa merubah kepribadian merekan dan bisa memberikan suatu pemahan tampa harus mengilangkan tradisi-tradisi mereka yang terdahulu.           
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGpgb-LX9hvlSfU_RkPEhiode3fh9W_0ljWDQu3ufvZU40K7c1o5AGfvrBujix0begXpE4bHRV9Ng86L4iyATNihPyMMo5M5-8Qecb95LPI_2fQWjlkeFlH2Zh9kzFRdk_50YfAG6JuzM/s400/mayang.jpg
Bahan Utama yang Digunakan Untuk Ritual: Bungga Pohon Pinang

Tradisi Masyarakat Dayak Bakumpai Sebelum Islam
Dalam tradisi yang disebut dengan tradisi tuping bawayang atau mayang digantung orang halus diundang. Tadisi ini pada dulunya hanyalah sebuah tradisi yang tanpa memiliki makna khusus, yang dualunya hanya untuk memangil makhluk halus tanpa ada tujuan tertentu. Misalanya mereka hanya ini berinteraksi dengan makhluk lain atau mereka hanya ini merasakan bersatuanya dengan mereka. Mereka pun tidak menyadari bahwa yang merekan lakukan itu adalah melahirkan tradisi tanpa mereka sengaja.
Tradisi ini meliabatkan seorang yang sudah diangap masyakat setempat segai panutan dalam setiap lanhakah mereka, penentu tindakan mereka. Pemimpin inilah yang memimpin acara tersebut yang diikiti oleh semua masyarakat setempat. Pemimpin acara tersebut dengan memegang mayang dan mengucapkan mantra-mantara yang sudah sering diabca pada acara tersebut. Mayarakat saling berpegangan agar terliaht salinh berhubungan atara satu denagan yang lain, ini mengambarkan bahwa manusia itu mempunyai satu tujuan dan bisa salaing mengerti satu sama yang lainnya.
Upacara ini diperlukan media khusus yang menghubungkan dengan orang halus. Salah satu media itu adalah mayang yang diambil dari pohon pinang:
1.      Mayang digantung dengan ketinggian sekitar 2 meter pada sore hari. Upacara Tuping Bawayang dilakukan malam hari.
2.      Upacara dimulai dengan batatabur (mengundang makhluk halus) baik yang tinggal di pegunungan, sungai, taluk dan tanjung.
3.      Salah satu tokoh orang halus yang diundang adalah Semar Sakti, kepadanya diminta untuk mengundang yang lain apabila nama mereka tidak disebutkan.
Didalam melakukan tradisi ini terkadang mereka meraskan hal yang amat berbeda ketiaka orang halus suadah datang. Yaitu, merasakan hawa panas yang menyenagta didalam jiwa mereka. Mereka juga biala lupa tanpa batas ketika mereka sudah bersatu dengan orang halus seakan-akan yaitu diri mereka sendiri. Tradisi ini semakin berwarna dan bermakana dialamnya ketika Islam bersentuhan di dalamnya. Buakan berarti mereka hanya mencari kesenagan belaka melaikan bisa dijadikan tradisi tiap tahunnya atau juga bisa diakukan kapan saja tanpa harus menungu bertahun-tahun.
Tradisi ini muncul sebelum Islam datang, ketiaka Islam datang tatanan tardisi tersebut tidak berubah sama sekai hanya saja inti yang mengandung ajaran agama Islam dan ada berapa ucapan yang berbau Islam yang sebelumnya belum ada di dalamnya. Tradisi mereka bisa digambarkan manusia sebagai tradisi sedang agama Islam sebagi udara, manusia tanpa udara takakan bisa hidup, begitu juga udara tanpa manusia hanya terombang ambing kesana kemari yang tak jelas. Ketiaka manusia dan udara sudah bersatu mereka bisa merasakan apapun yang ada disekliling mereka.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikEKtO-0PuHTX9sLAnOmPV87tFRANVjtz7UAVpZXwmJi3yCOTR4wh1cAIzOAcliNGT8FnlEN2Vy0x-9lZBvlrY1dORfCIQcg9SNCMqQ3rgZ529MaZZn_dZjduz7rACoR1ttXNi6weilQw/s400/malaikat.png
Cahaya ini Sebagai Isarat Bahwa akan ada yang kesurupan



Tradisi Masyarakat Dayak Bakumpai sesudah Islam
            Upacara ini diperlukan media khusus yang menghubungkan dengan orang halus. Salah satu media itu adalah mayang yang diambil dari pohon pinang, ini pun masih sama seperti tradisi tedahulu yaitu sebagi berikut:
1.      Mayang digantung dengan ketinggian sekitar 2 meter pada sore hari. Upacara Tuping Bawayang dilakukan malam hari.
2.      Upacara dimulai dengan batatabur (mengundang makhluk halus) baik yang tinggal di pegunungan, sungai, taluk dan tanjung.
3.      Salah satu tokoh orang halus yang diundang adalah Semar Sakti, kepadanya diminta untuk mengundang yang lain apabila nama mereka tidak disebutkan.
Tradisi ini meliabatkan seorang yang sudah diangap masyakat setempat segai panutan dalam setiap lanhakah mereka, penentu tindakan mereka. Pemimpin inilah yang memimpin acara tersebut yang diikiti oleh semua masyarakat setempat. Pemimpin acara tersebut dengan memegang mayang dan mengucapkan mantra-mantara yang sudah sering diabca pada acara tersebut. Mayarakat saling berpegangan agar terliaht salinh berhubungan atara satu denagan yang lain, ini mengambarkan bahwa manusia itu mempunyai satu tujuan dan bisa salaing mengerti satu sama yang lainnya ini juga masih sama seperti awlanya.
Tradisi ini yang sudah terisis oleh ajaran agama Islam ini dijadiakan untuk sarana pengobatan tradisioanal. Mantra-mantra yang diucapak sebagai berkut yang langsung dipimpin oleh Batola. H. Idrus, ia merpakan orang terdepan di masyarakat sekitar sehingga tidak jelas asal usulnya, yang masyarakat tau ini masih keturunan nenek moyang mereka yang dulunya memimpin acara ini, dan ketika sudah siap pemimpin acara badewa sekaligus memimpin tuping bawayang, membaca mantra batatabur:...... :
Assalamu alaikum abu basar...................................................................................................
Assalamu alaikum abu basir....................................................................................................
Assalamu alaikum alias............................................................................................................
Assalamu alaikum alyasa.........................................................................................................
Assalamu alaikum bandar saleh...............................................................................................
Tokoh ini mengaku kesulitan membacakan keseluruhan mantra batatabur, kecuali saat upacara dilakukan dan dalam waktu kurang lebih setengah jam. Ia memaparkan mayang itulah tempat orang halus yang diundang berdiam diri. Selesai upacara batatabur. Ketika sudah selasai mengucapkan mantra tersebut maka merka bisa menyakan sesuatu kepada yang kerasukan. Ketika sudah ada yang kesurupan kita dapat mengetahui, yaitu:
1.      Masyarakat dapat menanyakan penyakit yang diderita kepada mereka yang bergantungan di mayang.
2.      Bagi yang kerasukan dapat menyebutkan penyakit yang diderita warga.
3.      Dari situlah diketahui berbagai macam penyakit dan cara menghilangkan dengan perantaraan seorang yang mengobati dalam badewa disebut tabit.
Dari sini biasa dilihat bahwa Islam memilki pengaruh terhadap tradisi mereka yang awalnya hanya tradisi yang biasa menjadi luar biyasa. Yaitu tradisi ini bisa dijadikan pengobatan tradisional tampa harus kedokter. Di dalam tradisi ini melibatkan satu tradisi yang disebut dengan Gantung Sarindit. Ada yang perlu diketahui Bagi peserta badewa terutama yaitu: pertama, dapat mengalami keadaan gantung sarindit, yakni kepala ke bawah dan kaki ke atas yang menempel di mayang. Kedua, Dalam keadaan demikian, tubuhnya berputar kencang. Hanya sedikit orang yang mengalami posisi gantung sarindit dan biasanya berdampak baik, memiliki kemampuan mengobati orang lain. Gantung sarindit sendiri dapat bermakna lain.yaitu;
·         Biasanya orang yang kena guna-guna dengan cara fotonya digantung sehingga mengalami sakit gila. Oleh H. Idrus atau sehari-hari dipanggil Pa Rudi, ada delapan macam sakit gila. Dalam badewa, pengobatan penyakit gila dari nomor satu dan tujuh dapat diupayakan, tapi tidak untuk sakit gila atau penyakit hati nomor delapan.

Kesimpulan
            Jadi tradisi ini pada awalnya hanya untuk kesenangan belaka. Akan tetapi, ketika Islam datang di sekeliling mereka tradisi tersebut semakin berwarna dan bermakna berguna pula bagi masyarakat. Karena Islam adalah agama yang elastis yang bisa mengerti keadaan masyarakt setempat. Islam dan tradisi tidak harus dipsahan. Akan tetapi, dipersatukan untuk membentun suatu kehidupan yang lebih baik.
            Islam mengajarkan kedamaiyan di dalamnya dan menyebarkan agamanya tanpa ada satu kekerasan sedikitpun, maka dari itu masyarakat setempat suka dengan datangnya agama tersebut tanpa harus memerangi agama dan tradisi tersebut. Yang pada akhrirnya mereka mememluk agama Islam tersebut, dan Islam sendiri memiliki kesempatan yang besar terhadap masyarakat karena dapat dipercaya untuk menyebarkan agama Islam. Jadi pada intinya Islam masuk kedaerah tersebut tanpa kekerasan dan tidak merusak tradisi mereka yang sudah ada.

           
 



         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar