Dayak Bakumpai
dalam Tradisi Tuping bawayang/Mayang Digantung Orang Halus Diundang.
Oleh: Maksum
Asrorudin
Sekolah Tinggi
Agama Islam Sunan Pandanaran

Upacara Ritual
Tuping Bawang atau Mayang Digantung Orang Halus Diundang
Pendahuluan
Sebelum
datang agama Islam khususnya masyarakat Dayak Bakumpai belum mengenal adanya
seluk beluk ajaran agama Islam, tapi mereka juga sudah mempercayai adanya
kekuatan yang besar atau yang sering disebut kekuatan yang berbau mistik. Agama
mereka sebelum datang Islam yaitu animisme atau kapitayan (mempercayai roh-roh
halus atau mempercayai hal-hal yang gaib). Dari sini mereka melahirkan adat
atau tradisi mereka yang sering dilakukan pada 10 tahun sekali. Ketika Islam
melihat keadaan yang ada pada masyarakt Dayak Bakumpai yang belum tesentuh sama
sekali sama oleh ajaran agama Islam, kemudian Islam mulai mentuh masyerakat
Dayak Bakumpai. Melihat kenyataan-kenyataan itu masyarakat Dayak Bakumpai bahwa
Islam datang dengan cara damai tanpa kekerasan militer atau dukungan pemerintah
dan tidak merusak adad yang sudah ada pada adat mereka sehingga mereka memeluk
agama Islam.
Tadak adanya
penentuan awal kedatangan Islam kurang begitu signifikan lantaran orang-orang
yang terlibat dalam kegiatan dakwah. pertama tidak berlandaskan apa pun, selain
tidak mempunyai rasa tangggung jawab untuk melakukan kewajiban tanpa pamrih,
sehingga nama-nama mereka hilang begitu saja tertelan sejarah. Penentuan awal
datangnya Islam dapat dikategorikan ke dalam dua persepektif. Pertama,
pandangan yang mengasumsikan awal datangnya Islam pada abad ke-7 H/13 M. Kedua,
pandangan yang menganut abad pertama Hijriah. Beberapa tesis berikut
menggambarkan perbedaan pandangan tersebut.
Islamisasi
adalah suatu proses yang berlangsung terus hingga saat ini. Jangan dianggap
bahwa begitu suatu daerah diketahui mempunyai seorang penguasa muslim maka
proses islamisasi sudah selesai. Hal itu sangat mungkin, lebih melambangkan
awal daripada akhir islamisasi di kalangan rakyat. Proses Islamisasi menjadi
suatu proses yang sangat penting bagi sejarah Islam di Indonesia dan sangat
menyulikan para sejarawan. Sedangakan para sajarawan sendiri tidak bisa
menjelaskan pertanyaan kapan Islam datang.
Pada saat
itulah Islam mulai kelihatan di masyarakat Dayak Bakumpai, yang pada akhirnya
mereka menekuni ajaran-ajaran yang disamapaikan oleh para pendakwah pada saat
itu, yang di dalam makalah ini akan dijelaskan pertama sebab masyarakat Dayak
Bakumpai memeluk agama Islam, karakter masyarakat Dayak Bakumpai, tradisi
sebelum datangnya Islam dan sesudah datangnya Islam yaitu tradisi tuping
bawayang atau mayang digantung orang halus diundang.
Karakter Masyarakat Dayak Bakumpai
Pada intinya masyrakat Dayak
Bakumpai juga memiliki watak yang hampir sama dengan masyarakat Jawa atau
dengan masyarakat lainnya. Pada dasarnya merke juga baik dalam semua segi yang
mereka lakukan, baik dari segi pergaualan, segi keseharian mereka, dan masih
banyak lainnya dan tidak kalah baiknya dengan masyarakat Jawa maupun yang
lainnya.
Mereka juga memili watak yang amat
keras dan mengariakan, mereka gak akan menganggu satu sama yang lainnya kalau
mereka tidak diganggu. Apabila meraka sudah merasa diganggu maka mereka
membalasnya dengan segala cara, begitu juaga sebaliknya.
Meraka juga mau diajak kerja sama
dalam segala hal, baik dari segi pribadi maupun yang bergotong royong. Meraka
bisa dikendalikan dengan berbagi macam cara, yaitu cara salah satunya diajak
kerja sama. Misal, merka diajak bekerja sama untuk membikin rumah, menanam
padi, dan hajatan sekaligus. Watak yang seperti ini tidak hanya dimiliki
masyarakat Jawa maupun masyarakat lainnya, tetapi mereka juga memiliki watak
yang sama. Yang pada intinya karakter masyarakat Dayak Bakumpai pada dasarnya
sama hanya saja ada beberapa yang membedakan diri mereka yaitu yang sudah
disebutkan diatas.
Sebab Masyarakat Dayak Bakumpai Memeluk Agama Islam
Pada dasarnya
ajaran-ajaran yang ada di dalam Islam hampir sama atau juga bisa disebut sama dengan apa yang meraka amalkan dalam beribadah
hanya ada beberapa yang tidak sama. Kesamaan yang ada didalamnya ialah tentang
ajaran ketauhidan yang tinggi kepada yang Agun (Tunah). Ketauhidan masyakat
Dayak Bakumpai yaitu terkenal dengan mististiknya sedangkan didalam Islam
terkenal dengan tasawufnya. Pada intinya keduanya sama dalam segi intuisinya
(kandungan), hanya saja dalam pelaksanaannya yang berbeda.
Ada juga perbedaan tingkah laku
keseharian mereka yang kadan belum bisa dipahami oleh para pendakwah ajaran
agama Islam. Yaitu, yang diajdikan kiblat mereka ketika melakukan upacara adat
mereka sering mengunakan benda-benda disekliling mereka, ketika didaerah
tersebut terdapat pohon yang amat berar itulah kiblat mereka, ketiaka ada batu
yang besar itulah kiblat mereka, dan lain sebagainya. Inilah yang menjadiakan
semangat para pendakwah untuk melakukan dakwahnya didaerah tersebut.
Pada dasarnya Islam
itu sendiri adalah agama yang universal, sempurna, lentur, elastis dan selalu
dapat menyesukai dengan situasi dan kondisi. Universal yakni risalah Islam
ditunjukan untuk, semua umat, segenap ras dan bangsa serta untuk semua lapisan
masyarakat (al-Islam salih li kuli zaman
wa makan). Atau universalisme Islam merupakan suatu ajaran yang diterima
oaleh seluruh umat Islam sebagai akidah. Sedangkan ajaran Islam mengenai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara akan terwujud secara subsantial, tampa
menekan simbol ritual dan tekstual. Para pendakwah muali mengajarkan
ajaran-ajaran agama Islam dengan memahami keadaan masyarakat setempat. Mereka
tidak sekaigus satu kali mengajarkan tetapi melalu beberapa tahap, dari yang
paling mudah dipahami hingga samapai kepada tingkat yang lebih tinggi.
Dengan seiring
waktu berjalan para masyarakat Dayak Bakumpai mulai memeluk agama Islam, karena
bagi mereka agma islam merupakan agam yang pernah mereka jumpai yang bisa
mengerti keadaan setempat atau bisa mengajarkan agama tanpa satu kekerasan
sedikitpun. Dari sisnilah mereka kagum dengan datangnya agama Islam yang bisa
merubah kepribadian merekan dan bisa memberikan suatu pemahan tampa harus
mengilangkan tradisi-tradisi mereka yang terdahulu.
Bahan Utama yang
Digunakan Untuk Ritual: Bungga Pohon Pinang
Tradisi Masyarakat Dayak Bakumpai Sebelum Islam
Dalam
tradisi yang disebut dengan tradisi tuping bawayang atau mayang digantung orang
halus diundang. Tadisi ini pada dulunya hanyalah sebuah tradisi yang tanpa
memiliki makna khusus, yang dualunya hanya untuk memangil makhluk halus tanpa
ada tujuan tertentu. Misalanya mereka hanya ini berinteraksi dengan makhluk
lain atau mereka hanya ini merasakan bersatuanya dengan mereka. Mereka pun
tidak menyadari bahwa yang merekan lakukan itu adalah melahirkan tradisi tanpa
mereka sengaja.
Tradisi ini meliabatkan seorang yang sudah
diangap masyakat setempat segai panutan dalam setiap lanhakah mereka, penentu
tindakan mereka. Pemimpin inilah yang memimpin acara tersebut yang diikiti oleh
semua masyarakat setempat. Pemimpin acara tersebut dengan memegang mayang dan
mengucapkan mantra-mantara yang sudah sering diabca pada acara tersebut. Mayarakat
saling berpegangan agar terliaht salinh berhubungan atara satu denagan yang
lain, ini mengambarkan bahwa manusia itu mempunyai satu tujuan dan bisa salaing
mengerti satu sama yang lainnya.
Upacara ini diperlukan media khusus
yang menghubungkan dengan orang halus. Salah satu media itu adalah mayang yang
diambil dari pohon pinang:
1. Mayang
digantung dengan ketinggian sekitar 2 meter pada sore hari. Upacara Tuping
Bawayang dilakukan malam hari.
2. Upacara
dimulai dengan batatabur (mengundang makhluk halus) baik yang tinggal di
pegunungan, sungai, taluk dan tanjung.
3. Salah
satu tokoh orang halus yang diundang adalah Semar Sakti, kepadanya diminta
untuk mengundang yang lain apabila nama mereka tidak disebutkan.
Didalam melakukan tradisi ini
terkadang mereka meraskan hal yang amat berbeda ketiaka orang halus suadah
datang. Yaitu, merasakan hawa panas yang menyenagta didalam jiwa mereka. Mereka
juga biala lupa tanpa batas ketika mereka sudah bersatu dengan orang halus
seakan-akan yaitu diri mereka sendiri. Tradisi ini semakin berwarna dan bermakana
dialamnya ketika Islam bersentuhan di dalamnya. Buakan berarti mereka hanya
mencari kesenagan belaka melaikan bisa dijadikan tradisi tiap tahunnya atau
juga bisa diakukan kapan saja tanpa harus menungu bertahun-tahun.
Tradisi ini muncul sebelum Islam
datang, ketiaka Islam datang tatanan tardisi tersebut tidak berubah sama sekai hanya
saja inti yang mengandung ajaran agama Islam dan ada berapa ucapan yang berbau
Islam yang sebelumnya belum ada di dalamnya. Tradisi mereka bisa digambarkan
manusia sebagai tradisi sedang agama Islam sebagi udara, manusia tanpa udara
takakan bisa hidup, begitu juga udara tanpa manusia hanya terombang ambing
kesana kemari yang tak jelas. Ketiaka manusia dan udara sudah bersatu mereka
bisa merasakan apapun yang ada disekliling mereka.
Cahaya ini Sebagai Isarat Bahwa akan
ada yang kesurupan
Tradisi Masyarakat Dayak Bakumpai sesudah Islam
Upacara ini diperlukan media khusus
yang menghubungkan dengan orang halus. Salah satu media itu adalah mayang yang
diambil dari pohon pinang, ini pun masih sama seperti tradisi tedahulu yaitu
sebagi berikut:
1. Mayang
digantung dengan ketinggian sekitar 2 meter pada sore hari. Upacara Tuping
Bawayang dilakukan malam hari.
2. Upacara
dimulai dengan batatabur (mengundang makhluk halus) baik yang tinggal di
pegunungan, sungai, taluk dan tanjung.
3. Salah
satu tokoh orang halus yang diundang adalah Semar Sakti, kepadanya diminta
untuk mengundang yang lain apabila nama mereka tidak disebutkan.
Tradisi ini meliabatkan seorang yang sudah
diangap masyakat setempat segai panutan dalam setiap lanhakah mereka, penentu
tindakan mereka. Pemimpin inilah yang memimpin acara tersebut yang diikiti oleh
semua masyarakat setempat. Pemimpin acara tersebut dengan memegang mayang dan
mengucapkan mantra-mantara yang sudah sering diabca pada acara tersebut.
Mayarakat saling berpegangan agar terliaht salinh berhubungan atara satu
denagan yang lain, ini mengambarkan bahwa manusia itu mempunyai satu tujuan dan
bisa salaing mengerti satu sama yang lainnya ini juga masih sama seperti
awlanya.
Tradisi
ini yang sudah terisis oleh ajaran agama Islam ini dijadiakan untuk sarana
pengobatan tradisioanal. Mantra-mantra yang diucapak sebagai berkut yang
langsung dipimpin oleh Batola. H. Idrus, ia merpakan orang terdepan di
masyarakat sekitar sehingga tidak jelas asal usulnya, yang masyarakat tau ini
masih keturunan nenek moyang mereka yang dulunya memimpin acara ini, dan ketika
sudah siap pemimpin acara badewa sekaligus memimpin tuping bawayang,
membaca mantra batatabur:...... :
Assalamu
alaikum abu basar...................................................................................................
Assalamu alaikum abu basir....................................................................................................
Assalamu alaikum alias............................................................................................................
Assalamu alaikum alyasa.........................................................................................................
Assalamu alaikum bandar saleh...............................................................................................
Assalamu alaikum abu basir....................................................................................................
Assalamu alaikum alias............................................................................................................
Assalamu alaikum alyasa.........................................................................................................
Assalamu alaikum bandar saleh...............................................................................................
Tokoh ini mengaku kesulitan
membacakan keseluruhan mantra batatabur, kecuali saat upacara dilakukan
dan dalam waktu kurang lebih setengah jam. Ia memaparkan mayang itulah tempat
orang halus yang diundang berdiam diri. Selesai upacara batatabur. Ketika
sudah selasai mengucapkan mantra tersebut maka merka bisa menyakan sesuatu
kepada yang kerasukan. Ketika sudah ada yang kesurupan kita dapat mengetahui,
yaitu:
1. Masyarakat
dapat menanyakan penyakit yang diderita kepada mereka yang bergantungan di
mayang.
2. Bagi
yang kerasukan dapat menyebutkan penyakit yang diderita warga.
3. Dari
situlah diketahui berbagai macam penyakit dan cara menghilangkan dengan
perantaraan seorang yang mengobati dalam badewa disebut tabit.
Dari sini biasa dilihat bahwa Islam
memilki pengaruh terhadap tradisi mereka yang awalnya hanya tradisi yang biasa
menjadi luar biyasa. Yaitu tradisi ini bisa dijadikan pengobatan tradisional
tampa harus kedokter. Di dalam tradisi ini melibatkan satu tradisi yang disebut
dengan Gantung Sarindit. Ada yang perlu
diketahui Bagi peserta badewa terutama yaitu: pertama, dapat
mengalami keadaan gantung sarindit, yakni kepala ke bawah dan kaki ke atas yang
menempel di mayang. Kedua, Dalam keadaan demikian, tubuhnya berputar
kencang. Hanya sedikit orang yang mengalami posisi gantung sarindit dan
biasanya berdampak baik, memiliki kemampuan mengobati orang lain. Gantung
sarindit sendiri dapat bermakna lain.yaitu;
·
Biasanya orang yang kena guna-guna
dengan cara fotonya digantung sehingga mengalami sakit gila. Oleh H. Idrus atau
sehari-hari dipanggil Pa Rudi, ada delapan macam sakit gila. Dalam badewa,
pengobatan penyakit gila dari nomor satu dan tujuh dapat diupayakan, tapi tidak
untuk sakit gila atau penyakit hati nomor delapan.
Kesimpulan
Jadi tradisi ini pada awalnya hanya untuk kesenangan belaka. Akan
tetapi, ketika Islam datang di sekeliling mereka tradisi tersebut semakin
berwarna dan bermakna berguna pula bagi masyarakat. Karena Islam adalah agama
yang elastis yang bisa mengerti keadaan masyarakt setempat. Islam dan tradisi
tidak harus dipsahan. Akan tetapi, dipersatukan untuk membentun suatu kehidupan
yang lebih baik.
Islam mengajarkan
kedamaiyan di dalamnya dan menyebarkan agamanya tanpa ada satu kekerasan
sedikitpun, maka dari itu masyarakat setempat suka dengan datangnya agama
tersebut tanpa harus memerangi agama dan tradisi tersebut. Yang pada akhrirnya
mereka mememluk agama Islam tersebut, dan Islam sendiri memiliki kesempatan
yang besar terhadap masyarakat karena dapat dipercaya untuk menyebarkan agama
Islam. Jadi pada intinya Islam masuk kedaerah tersebut tanpa kekerasan dan
tidak merusak tradisi mereka yang sudah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar