Selasa, 28 Januari 2014

tradisi tepuk tepung tawar



Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Studi atas Kebudayaan Melayu Riau

Oleh: Sri Wahyuningsih
NIM: 12020046
Program Studi: Akhlak dan Tasawuf
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Pendahuluan
            Dalam memperbincangkan Kebudayaan islam di Indonesia, tidak pernh lepas dari sejarah masuknya Islam di Indonesia. proses ini merupakan harga mati dalam sejarah Islamisasi di Indonesia. menurut sumber yang penulis ketahui, pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 Masehi). Daerah pertama kali di singgahinya  adalah daerah pesisir pantai Timur Sumatra (Samsul Munir, 2010: 302-303), dan sepanjang selat Malaka. Kepulauan Riau dan Riau Daratan (baca Riau) adalah bagian dari wilayah Sumatera.
Riau merupakan daerah pesisir, yang masyarakatnya adalah suku Melayu yang berasal dari semenanjung Melayu. Secara geografis provinsi Kepulauan Riau dan provinsi Riau Daratan (Riau)[1] berbatasan dengan daerah tetangga, yaitu Malaisia, Singapura, dan Vietnam, yang memiliki luas wilayah ± 251.810,71 km². Dengan Ibukota Tanjung Pinang untuk bagian Riau Kepulaun dan Pekan Baru untuk Ibukota Riau.
Masyarakat Riau sendiri mayoritas masyarakatnya adalah melayu, sekaligus memiliki nilai budaya melayu. Dalam sejarah terungkap bahwa pada zaman lampau orang melayu adalah bangsa “penakluk” dan berhasil “memerintah” suku-suku lainnya di Nusantara. Orang melayu dulunya adalah pedagang perantara yang lihai sekaligus membawa Islam dan budaya melayu ke segenap pelosok Nusantara dan Asia Tenggara.
Sehubungan dengan mata kuliah Islam dan Budaya Lokal, disini penulis akan sedikit menguraikan mengenai Kebudayaan Melayu Riau. Disini penulis akan membahas kebudayaan masayarakat Riau, yang umumnya dilakukan masyarakat Melayu yaitu tepuk tepung tawar. Tradisi ini dilakukan   oleh masyarakat Melayu umumnya dan khususnya di daeran Meranti. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa srukur masyarakat Melayu, setelah mereka merasakan nikmat dari Allah swt entah itu nikmat sehat, nikmat riski dan nilmat-nikmat lainya. Nah akan lebih  jelasnya disini penulis akan memperkenalkan tradisi ini dalam pembahasan.

Pembahasan  
Melihat dari proses masuknya Islam di Indonesia, begitu pula masyarakat Melayu di wilayah Riau. masyarakat di wilayah ini sebagian besar beragama Islam. Karena di wilayah ini termasuk  Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini memiliki serta menggunakan bahasa, adat, dan kebudayaan Melayu, serta sangat menjunjung tinggi adat istiadat tersebut.
Riau memang kaya dengan adat dan tradisi,salah satunya ‘tepuk tepung tawar’.tepuk tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu Riau peninggalan para raj raja terdahulu.
Tepuk tawar merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya suatu keinginan atau usaha, upacara ini dilakukan pada dua ketentuan,baik pada manusia maupun pada benda. Tepuk tawar biasa di pergunakan dalam acara acara tertentu semisal pernikahan,menempati rumah baru, mengendarai kendaran baru, khitanan, serta bentuk bentuk  dari luapan rasa kegembiraan bagi orang orang yang mempunyai hajatan, atau semacam upacara adat yang sakral lainnya.
            Salah satu suku melayu yang melestarikan tradisi Tradisi Tepuk Tepung Tawar adalah daerah yang mendiami Selat Panjang, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau. Upacara Tepuk Tepung Tawar sebagaimana yang dikenal pada masyarakat Indonesia dan Malaysia sebenarnya diadopsi dari ritual agama Hindu yang sudah terlebih dahulu dianut oleh masyarakatnya.
            Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melihat makna ritual tepuk tepung tawar bagi masyarakat Suku Melayu Selat Panjang sehingga mereka masih sangat kuat memegang dan mempertahankan tradisi ini. Bahkan ada ungkapan “kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa melayu: ketik tepung tawo) belum sah (afdhal) acara yang dilaksanakan”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi tepuk tepung tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Selat Panjang juga mengalami perubahan pada sebagian ritualnya. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan.
            Perubahan makna yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu Riau sebenarnya berkaitan juga dengan perubahan dari individu pendukung adat dan budaya itu sendiri.Tepuk Tepung Tawar bagi masyarakat Melayu Riau merupakan simbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya dan menjunjung tinggi keberadaan Tepuk Tepung Tawar tersebut. Dengan demikian juga akan melanggengkan keberadaan Tepuk Tepung Tawar dalam kehidupan masyarakat.Namun kenyataannya banyak dari acara Tepuk Tepung Tawar yang berubah dalam pelaksanaannya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan makna.
            Terjadinya perubahan makna dalam pelaksaan ritual Tepuk Tepung Tawar ini merupakan ide dasar utuk mempermasalahkan bagaimana masyarakat Melayu Riau memaknai Tepuk Tepung Tawar yang sesungguhnya, dan perubahan apa yang terjadi yang menyebabkan perubahan makna ritual Tepuk Tepung Tawar saat ini.
            Perubahan makna tepuk tepung tawar tidaklah terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut masyarakatnya dan dengan demikian juga akan tercermin dari kebudayaan secara umum. Akan tetapi dalam perjalanan waktu dan pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam konsep pikir dan pengetahuan masyarakatnya, maka kebudayaan kemudian mengalami perubahan.
 Jika benda budaya adalah hasil sebuah konsep pemikiran pepenganut kebudayaan tersebut yang ternyata kemudian berubah karena berbagai sebab, maka dapatlah disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan sosial budaya. Hal ini dapat diterima karena kebudayaan tidaklah selalu statis atau tetap tapi akan selalu berubah. Sorokin (Kuntjaraningrat, 1985:55) menyatakan bahwa perubahan adalah gejala alamiah dan gerak perubahan itu sendiri mengarah kepada gejala yang menyerupai lingkaran atau siklus yang selalu mengiringi perjalanan sejarah umat manusia. Kleden (Kuntjaraningrat, 1985:12) menyebutkan bahwa kebudayaan selalu berproses untuk menerima perubahan dan mengembangkan identitasnya, yang lebih jauh dijelaskan bahwa perubahan dapat dilihat dari sistim pengetahuan dan sistim makna ( system of meaning ) yang memberi warna kepada perubahan kebudayaan dalam bentuk penerimaan pengetahuan dan kerangka makna yang baru.

Makna simbolis dalam rituL Tepuk Tepung Tawar
            Makna yang melibatkan simbol dan rujukan disebut makna referensial. Spradley (1997:123-125) menjelaskan teori relasional tentang makna berdasarkan pada premise; bahwa makna simbol apapun merupakan hubungan simbol itu dengan simbol lain. Dasar teori relasional tentang makna, antara lain: Pertama,  sistem makna budaya disandikan dengan simbol-simbol; kedua, bahasa merupakan sistem simbol utama yang menjadikan makna budaya dalam setiap masyarakat, bahasa dapat digunakan untuk membicarakan semua simbol; ketiga, makna simbol-simbol apapun merupakan hubungan dari simbol itu dengan simbol lain dalam suatu budaya tertentu. Ritual merupakan salah satu praktek sosial yang menjelaskan kebermaknaan suatu komunitas pendukungnya. Sebuah ritual sekurangnya memiliki tiga unsur, yaitu unsur cerita mitologi, praktek ritual dan komunikasi para pendukungnya.

Pengertian Tepuk Tepung Tawar
Secara harfiah, tepuk tepung tawar berarti menepuk-nepukkan bedak pada  punggung dan telapak  tangan dan merenjis-renjiskan air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawari, dan dilengkapi dengan menabur-naburkan bunga rampai, beras putih, dan beras kuning ke badan orang yang bersangkutan, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama. Masyarakat melayu menganggap acara tepuk tepung tawar adalah serentetan upacara yang tidak boleh ditinggalkan.

Alat dan Tata Cara Tepuk Tepung Tawar
  Masing-masing alat atau peralatan yang digunakan adalah Ramuan  penepuk, perenjis dan pebabur Tata cara melakukan tepuk tepung tawar sebagai berikut: pertama, Mengambil daun perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam air yang dicampur bedak, jeruk, bunga mawar, lalu direnjis pada kedua tangan yang telungkup diatas paha yg dialas bantal tepung tawar yang dialas dengan kain putih. Kedua, Penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, basuh, bertih dan bunga rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung tawari. Bila yang ditepung tawari orang yang terhormat dapat ditabur sampai atas kepala dengan putaran dari kiri kekanan sambil membaca salawat. Ketiga,   Merenjiskan air percung kepada pengantin atau yang ditepung tawari. Keempat, Penepuk tepung tawar mengangkat tangan atur menyembah dengan  mengangkat tangan.

Perubahan sosial budaya
     Ritual tepuk tepung tawar menjadi kebanggaan masyarakat Melayu, sehingga mereka selalu mengikut sertakan diseluruh acara yang mereka lakukan, jika mereka melakukan ritual tepuk tepung tawar mereka akan dipandang sebagai keluarga yang mematuhi adat,mereka melakukan dengan penuh kesadaran bahwa jika melakukan ritual tepuk tepung tawar, mereka sudah melaksanakan apa yang telah diwariskan oleh kakek nenek mereka, sehingga  mereka telah ikut serta ikut melestrikan budayanya.
Perubahan Pandangan Masyarakat
Saat ini, masyarakat Melayu Selatpanjang sudah lebih modern selaras dengan perkembangan zaman saat ini. Mereka sudah bisa menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsekuensinya, mereka mulai merubah pandangan mereka terhadap adat istiadat dan kebiasaan yang selama ini mereka anut. Salah satunya adalah pandangan  terhadap pelaksanaan ritual tepung tepung tawar. Mereka tidak lagi memandang tepuk tepung tawar sebagai sesuatu yang sacral, akan tetapi sebagai suatu adat istiadat, boleh juga tidak melakukannya. tidak ada sanksi hukum bagi yang tidakidak melaksanakannya.

Penutup
            Tepuk tepung tawar dalam masyarakat Melayu Selat Panjang mempunyai arti yang begitu bermakna, karena setiap pelaksanakan acara yang dilakukan selalu diiringi dengan acara tepuk tepung tawar seperti pada upacara  perkawinan, khitanan, pemberian nama bayi yang baru lahir, menaiki rumah baru, menaiki kendaraan baru, nempah bidan (menujuh bulan), naik haji bahkan menyambut tamu pun diadakan  tepuk tepung tawar, sehingga makna tepuk tepung tawar yang sesungguhnya adalah rasa terima kasih dan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu, tepuk tepung tawar juga bermakna memohon doa restu dari hadirin serta bermakna  menghindarkan diri dan keluarga dari bala dan marabahaya, menghadirkan kegembiraan atau kesenangan, serta membuang penyakit.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan makna dalam pelaksanaan ritual tepung tepung tawar. Tepuk tepung tawar yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Selat Panjang tidak lagi sesakral pelaksanaan dahulu kala. Walaupun tepuk tepung tawar masih dilaksanakan, akan tetapi kesakralannya sudah tidak begitu “mengikat”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, ada beberapa alat yang jika tidak tersedia dapat diganti dengan alat lainnya.







Alat dan bahan bahan perinis tepuk tepung Tawar
Perinjis
perenjis untuk menepuk yang terdiri dari daun setawar, daun sedingin, daun ganda rasa, daun hati-hati, daun sipulih, daun samban, daun juang, dan akar ribu-ribu. Semua daun-daun tersebut disusun dengan rapi dan diikat dengan salah satu daun.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\TepukTT.JPG

Pahar atau talam yang berkaki kecil.
Alat ini di gunakan untuk meletakkan bahan- bahan perinjis.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\7-NmYBm6m31IrgodWqGX_-v7aE-XYJdWZf1lGqM9-Kt-J0D0S6KLLmzdc9i9.jpg
Sangku yaitu mangkuk tembaga yang kecil untuk tempat beras kunyit.
Description: Description: D:\KULIAH KU\SEMESTER III\IBL\makalah kkuu\WHoMlmOkuKJo49yKb9LWPNDjngGwrU0GVUDI_nb68vSONYKyXYdDa3UyzGMN.jpg



Senin, 27 Januari 2014

islam dan budaya lokal

RITUAL BELANGIRAN
SEBUAH WARISAN LELUHUR ‘TRADISI SPIRITUAL’ LAMPUNG
Oleh:
Mualifudin  Juha
Pendahuluan                                                                                                                                                            Islam menembus berbagai suku budaya Indonesia, khususnya Lampung. Saya membenarkan pernyataan seperti itu, apakah anda meragukannya? Ataukah masih ragu?. Hal ini tidak bisa dipungkiri dari perjuangan nenek moyang kita jaman dulu, yaitu yang biasa disebut oleh masyarakat sebagai Wali Songo.                                                                                
              Pada dasarnya, proses Islamisasi model transformasi budaya lokal sudah dilakukan semenjak awal Islam itu sendiri, sebagai mana yang dilakukan oleh Rosullullah saw dalam menyebarkan Ajaran Islam menggunakan metode dakwah yang membumi. Yaitu menggunakan budaya setempat sebagai tradisi yang harus dilestarikan dan mengadopsinya kedalam ajaran Islam.                                                                                                                   
          Sebagaimana proses Islamisasi di Indonesia, jika menilik sejarahnya, Islam Indonesia lebih condong kedalam tradisi lokal. Coba anda bandingkan dengan Islam di luar negri, tentunya juga jauh beda dengan Islam Indonesia yang penuh dengan keunikan. Karna memang prosesnya melalui hati ke hati berdasarkan minat masyarakat sekitar dalam budayanya masing-masing.                                                                                                    
        Begitu juga proses Islamisasi yang terjadi di daerah Lampung, sangat singkron sekali anatara budaya setempat dengan ajaran Islam. Keduanya manunggal bagaikan jasad dan ruh, tidak bisa dipisahkan dan jika itu dilakukan, maka akan mengalami kematian jiwa. Untuk itu para ulama jaman dulu dan sampai sekarang melakukan metode transformasi budaya lokal kedalam nila-nilai Islam.                                                                         
        Para ulama Lampung dalam melakukan dakwah, mereka melakukan respon yang sangat cerdik sekali, sebuah ajaran yang dapat membangkitkan minat warga, atau bahkan dapat menguntungkan warganya. Dalam hal ini, penulis akan memberikan pemakalah  yang berkaitan dengan Islam yang ditransformasikan kedalam budaya lokal yaitu Ritual Belangiran.         
      Dalam pemakalah ini, anda akan menemukan kolaborasi antara budaya setempat dengan ajaran Islam yang membumi. Benarkah model seperti itu akan sangat efektif sekali dan melesat cepat dalam mempengaruhi masyarakat? Apakah Ritual Belangiran merupakan setrategi jitu untuk mempengaruhi penduduk lampung dalam ber Islam? Temukan jawabannya dalam pembahasan, pahami dan pelajari secara seksama, ikuti alurnya dan rasakan kesannya.
Ritual Belangiran dan Bulan Suci Ramadhan                                                                                 
             Ritual Belangiran adalah sebuah ritual yang dilaksanakan setahun sekali, tepatnya sebelum bulan Ramadhan dimulai. Ritual ini, dilaksanakan untuk menyambut bulan Suci Ramadhan. Ritual Belangiran merupakan tradisi yang bertujuan menyucikan hati sebagai bekal memasuki bulan Ramadan. Sehingga diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk tiada aral maupun rintangan.         
            Belangiran sendiri berarti mandi suci atau mandi bersama untuk bersuci, atau mandi tobat dari segala dosa selama ini. Karena ritual ini di tujukan untuk menyambut bulan suci ramadhan, maka kita juga harus disucikan jiwa dan raganya agar tidak mengotori bulan yang penuh dengan kesucian dan keberkahan.                                                                                            
            Upacara Belangiran di laksanakan di sungai Kali Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Di pilihnya sungai yaitu tempat air yang mengalir, tidak lain supaya dosa dan kesalahan kita ikut mengalir hanyut terbawa arus air yang mengalir. Sehingga dosa dan kesalahan pun luntur dan menjadi bersih suci kembali.                                   
            Bahan-bahan untuk ritual berdasarkan peralatan sesuci jaman dulu, seperti menyediakan kendi besar berwarna emas, bunga tujuh rupa, air bersih suci dan mensucikan, jeruk nipis, minyak wangi, tangkai padi, abu arang dan masih banyak lagi.                              
            Untuk sesajen syukuran bisa berupa ikan air tawar berton-ton jumlahnya, 300 bebek, 300 ayam kampung dan semuanya harus dalam keadaan hidup. Itu semua, nantinya disajikan dan disebar di sungai untuk warga yang ikut Ritual Belangiran.                                                
           Jumlah orang yang dimandikan harus 10 orang atau 5 pasang dan masih tergolong muli-mekhanai (gadis-bujang). Setelah itu baru semua warga wajib ikut mandi. Mengenai sesaji air yang ada di kendi besar beserta campurannya mempunyai arti tersendiri, contohnya tangkai padi, hal itu dimaksudkan supaya nanti dalam bulan puasa tidak kekurangan dan tidak kelaparan dan akhirnya kuat menjalankan ibadah puasa.                                                          
             Belangiran menjadi tradisi yang sengat menyenangkan dan penuh sukacita. Muli dan mekhanai serta masyarakat begitu menikmati mandi di kali yang sudah sangat jarang dilakukan. Mereka saling menyibakkan air dan bercanda dengan yang lain. Sukacita ini juga berarti rasa senang menyambut kadatangan Ramadan.                                                                  
            Puasa menjadi bulan yang sangat dinanti, khususnya untuk umat Islam dan umumnya untuk umat lain karna acara ritual ini dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, baik dari pejabat, masyarakat, wisatawan bahkan beda agama ikut serta. Meskipun Tradisi bulangekhan kental dengan nuansa Islam dan Kesenian yang disajikan pun kesenian islami, hadrah. Bershalawat diiring musik dan tari yang semuanya dilakukan dengan adat Lampung.                 
          Para penari atau rodat pun menampilkan tarian ceria yang lucu. Mereka bergerak lelucon dan memakai kacamata hitam, menambah kesan kocak. belangiran ini harus kembali menjadi tradisi di semua kabupaten dan kota di Lampung. Adat mandi menjelang puasa ini bisa menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara sekaligus mengenalkan Islam Indonesia yang rahmatan lil ‘alamiin.                                                                                    
           Jika anda ingin menyaksikan langsung, anda bisa datang langsung ketempat, karna acara ritual ini untuk umum juga, bahkan turis luarpun diperbolehkan ikut serta.   

Sejarah Konsepsi Ritual Belangiran                                                                                                
       Ritual Belangiran yang begitu Relegius ini sudah ada semenjak pertama kali Islam masuk ke Tanah Lampung, bahkan sebelum Islam masuk, tradisi madi bersama sudah dilakukan. Para leluhur, dulunya melakukan tradisi ini untuk mandi bersama khususnya kaum mali (mudi). Mereka selalu mandi bersama di sungai-sungai untuk mandi dan mencuci, lalu pulang pun bersama-sama pula.                                                                                               
      Penulis tidak menyebutkan kapan tepatnya tradisi Belangiran dilaksanakan, yang jelas tradisi tersebut merupakan warisan turun-temurun dari leluhur. Dulunya memang sering digunakan untuk bermasiat oleh para pemuda dengan memberi sajen kepada buaya dan ritual rendaman. Bukan hanya itu, para muda mudi biasa melakukan mesra-mesraan untuk berpacaran disungai dan bercanda ria saling menyibakkan air satu sama lain. Lalu oleh para wali (ulama) dimodifikasi agar kebiasaan tersebut terus dilestarikan dan ditanamlah nilai-nilai Islam. Dalam perkembangannya, tradisi tersebut hanya dilakukan setahun sekali dan digunakan khusus untuk menyambut bulan suci ramadhan.                                                                     
            Dalam masa kini, tradisi Belingaran diperbaiki konsepnya. Yaitu ditambah dengan menghadirkan kesenian dan budaya lokal seperti melakukan syairan, membaca puisi, menyanyi, menari, panjat pinang, sebar ikan, dan masih banyak lagi. Inti dalam tradisi Belingaran adalah segala sesuatunya berfilosofi Islam. Dan terbukti ampuh, saat ini, budaya tersebut menjadi budaya spiritual Islam Lampung dan sudah terkenal sampai kemanca negara.

Prosesi Ritual Belangiran                                                                                                                  sebelum proses Ritual dimulai, semua warga diundang, baik melaui televisi, radio dan surat kabar, bahkan masyarakat sudah tahu kalau sebelum bulan suci ramadhan, acara belingaran pasti ditradisikan.  Pada pagi hari, warga yang ikut upacara menyiapkan dulu berbagai macam peralatan ritual termasuk cek lokasi dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Sebelum berangkat ke tempat ritual, semua lapisan masyarakat berkumpul dulu di taman kota untuk menyaksikan berbagai macam pertunjukan adat istiadat lampung.                                     
            Setelah masyarakat berkumpul dan acara pertunjukan taman kota selesai, warga baris-berbaris menuju lokasi upacara Belingaran yaitu di sungai Kali Akar. Sambil melakukan nyanyian, tabuh bedug, dan sholawatan.                                                                                
           
            Sampai dilokasi ritual, warga menunggu rombongan tokoh adat dan gubernuh menuju panggung.
         
            Gubernur Lampung yaitu Sjachroedin ZP, Kapolda Lampung Brigjen Pol. Heru Winarko, Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Ir.Berlian Tihang,MM, serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Lampung, serta tokoh adat MPAL.
           
            Lalu para warga menerima pidato tentang keadaan Lampung dan mendapat motivasi beserta penghargaan.
 
Lalu dilanjutkan dengan nyanyian bersama dan bersyair ria.                             
            Puluhan muli (gadis) dan mekhanai (bujang) berjalan beriringan menuju Kali Akar. Mereka membawa satu baskom kecil berisi bunga, jeruk nipis, air bersih, dan merang atau tangkai padi. Suara riak air yang mengalir kecil mengiringi langkah para muli dan mekhanai. Sebagian muli menyeberang sungai dan lainnya duduk berjajar di sepanjang sungai.            
           
            Lalu turunlah Muli-Mekhanai kepinggir sungai untuk menyalakan arang yang sudah disiapkan dalam setiap penjuru sungai tempatnya ritual. Kemudian para muli dan mekhanai turun kedalam sungai beserta para tokoh dan gubernur.
           
            Para tokoh dan gubernur memandikan satu persatu mula-mukhanai dengan air suci mensucikan yang ada didalam gentong emas. Setelah air ritual itu habis, para muli dan mekhanai merendam di sungai  dan seluruh tubuh harus basah agar segala dosa dan kesalahannya ikut hanyut terbawa arus.
            Setelah itu, para mula dan mukhanai harus saling menyibakkan air kelawan jenisnya. Hal ini disimbolkan sebagai saling memberi cinta, saling memaafkan, menghilangkan rasa iri, dengki, amarah, sombong, dan dendam. Dalam prakteknya, sesama muda mudi harus saling menumbuhkan rasa kenal mengenal antara satu dengan lainnya, sehingga persaudaraan dan kedamaian terjalin penuh tawa dan ceria.                                                                                        
            Dalam keadaan canda tawa belangiran pun dipadukan dengan tradisi yang lain berbalas pantun, saat salih bersibak air. Berbalas pantun ini yang tidak kalah meriah. Ucapan pun yang dibaca panjang "puuuuuuuuuunnnnnn" menggema di Kali Akar dan diikuti orang yang menyaksikan belangiran. "Sengaja sikam ingsung alat belangekh mandi Ajoya alat mandi terima Kuntara Rajaniti Jemoh khadu puasa. Ganta bulangekh puuuuuuuuuunnnnnnnn " Ayo sambutlah tradisi mandi di sungai ini. Pun! (pantun ini juga dibaca saat penyerahan alat pemandian dan air suci).                                                                                                
           
            Setelah muli dan mekhanai sudah merasa senang gembira dalam canda dan tawa, maka warga yang ikut ritual juga harus menceburkan diri kedalam sungai agar ikut menjadi bersih suci jiwa dan raganya.
           
            Suara gemuruh masyarakat yang ikut beritual pun semakin gaduh. Akhirnya sungai akar banjir warga dan mulailah para tokoh untuk menyebar benih ikan dan menyebar ikan tawar yang cukup besar sebanyak kurang lebih satu ton ikan atau 300 kilu gram. Lalu, para tokoh dan gubernur juga menyebarkan ayam dan bebek masing masing berjumlah 300 untuk diperebutkan warga.                  
           
            Para warga bersorak sorai sambil memuji tuhan dan melakukan sholawatan. Kemudian warga diharuskan berebut ikan untuk meraih rezekinya, mereka menganggap sebagai simbol usaha atas rezeki yang tuhan berikan kepadanya. Dalam perebutan itu, ada yang mendapatkan ikan satu karung, ada yang sedikit dan ada yang banyak sesuai rezekinya masing-masing.                       
            Mereka para warga dan pariwisata selain bermandi suci juga mendapatkan rezeki yang berlimpah. Penyebaran ikan dan sebagainya sebagai rasa syukur dan bersih harta atau sodakoh dan zakat.                                                                                                                             
            Sebagian warga khususnya anak remaja, melakukan ritual panjat pinang yang berbarengan dengan penyebaran Ikan emas. Panjat pinang disini berbeda dengan panjat pinang pada umumnya. Acaranya dilakukan dipinggir sungai dan pinangnya ditancapkan dipinggir sungai agak menjorok kedalam sungai, hal itu dilakukan agar ketika jatuh nanti sekalian mandi suci (belangiran). Filosofinya, ketika memanjat pinang tersebut sebagai perbuatan atau tingkah laku manusia dan jatuhnya kesungai sebagai proses pembersihan diri dari salah dan dosa. Jika pemanjat pinang tersebut sudah bisa sampai ke puncak dan mendapatkan hadiah, itu berarti mereka sudah bisa mengendalikan diri dan melawan hawa nafsu. Hadiah sebagai pahala atas kerja kerasnya manusia dalam beramal dan beribadah.            
       Acara tersebut berlangsung sampai sore hari sebelum maghrib. Bagi warga yang miskin dan belum puas, dapat melaporkan diri ke taman kota untuk mendapatkan sembako dan bantuan lainnya. Sehingga mereka nantinya dalam menjalani ibadah puasa tidak kekurangan pangan.                                                                                                                         
         Setelah proses Ritual Belangiran selesai, warga berarti sudah suci dan siap menjalankan ibadah puasa, bagi warga yang tidak ikut dalam ritual tersebut, bisa melakukannya di kampungnya masing masing, baik sendiri maupun bersama-sama. Karna pada dasarnya, ritual ini bertujuan untuk bersih diri dari segala dosa dan kesalahan dan lamam rangka menyambut bulan ramadhan yang suci pula. Jadi, bisa dilakukan dimana saja, seperti kolam renang, sumur, sungai kecil dan lainnya, yang penting air yang digunakan untuk mandi suci dan mensucikan.   
      Bulan suci ramadhan menjadi puncak dalam penyambutan ritual belangiran warga setempat dan warga juga bisa memiliki acara bersih diri lainnya yaitu dengan mengunjungi makam keluarga bersama keluarga. Atau sesudah pulang belangiran warga membersihkan rumahnya masih-masih  seperti mengepel, menghilangkan lamat dan lainnya.                                     
      Dalam semua itu, warga akan mendapat kesucian diri, kesucian jiwa, kesucian harta benda, kesucian rumah dan kesucian bulan ramadhan. Dan hasilnya, keimanan mereka menjadi semakin mantap, bulan suci ramadhan pun dilalui dengan senang gembira. Selain itu, mereka dalam mengtradisikan ritual belangiran juga dapat mempererat silaturahmi antar warga. 

Kesimpulan                                                                                                                                                 
         Dalam pemakalah ini, saya menyimpulkan bahwa ajaran Islam yang membumi dapat mempengaruhi siapa saja yang bersangkutan. Transformasi dakwah seperti Belangiran, sangat effektif sekali untuk mengajak warga dalam mempertebal iman, bahkan mengajak umat lain tanpa harus mendakwahkannya. Karna secara otomatis terekspos ke warga baik dengan lisan maupun perbincangan warga dan media.                                                                                             
              Menggunakan tradisi lokal sebagai alat komunikasi dakwah bisa melesatkan nilai-nilai Islam tanpa harus bersusah payah mengajaknya memilih Islam. Mereka para warga akan sadar dengan sendirinya bahwa Islam mengajarkan ajaran yang sangat memikat, menarik dan sangat toleran sehingga dapat dengan mudah diterima oleh umat lain dari berbagai suku golongan.                    
         Bahasa sederhananya, mengikuti sambil mempengaruhi. Hal ini luar biasa sekali dan faktanya menurut nenek moyang, belangiranlah yangmenyatukan suku lampung dengan suku-suku pendatang. Hal ini tidak bisa dibantah lagi bahwa effect budaya lokal terhadap diri mereka sendiri sangat cepat dalam menyerap ajaran Islam.                                                                 
           Ritual yang bersifat religi seperti belingaran harus tetap dilestarikan atau bahkan dikembangkan lagi, sehingga bisa menarik dunia internasional dan dapat memajukan bangsa khususnya propinsi Lampung. Percayalah terhadap diri sendiri dan banggalah menjadi Islam Indonesia. Berbudaya, bermartabat dan tidak ketinggalan jaman, bahkan menyumbangkan budaya pada jaman. Salut.